BACA BERITA

Apakah tarif baru Trump untuk Asia merupakan 'serangan langsung' terhadap China?

Author: matauang Category: Politik
"Saya sangat menghormati Presiden Xi [Jinping] dari China, sangat menghormati China, tapi mereka mengambil keuntungan luar biasa dari kami," ujar Trump dalam pidatonya pada Rabu (02/04).

Sambil menunjukkan bagan yang memuat daftar negara dan wilayah yang menurutnya menerapkan tarif tinggi pada produk-produk ekspor AS, Trump bilang: "Jika Anda melihat ini... China, baris pertama, 67%. Itu tarif yang dikenakan kepada AS, termasuk manipulasi mata uang dan hambatan perdagangan."

"Kami akan mengenakan tarif timbal balik yang didiskon sebesar 34% kepada [mereka]," tambahnya.

"Dengan kata lain, mereka mengenakan tarif kepada kami, kami mengenakan tarif kepada mereka, kami mengenakan tarif lebih rendah kepada mereka. Jadi bagaimana mungkin ada yang marah?"

Kendati begitu, Kementerian Perdagangan China langsung menanggapi kebijakan tarif baru Trump dengan menyebutnya sebagai "tindakan intimidasi sepihak yang khas".

Mereka juga berjanji akan mengambil tindakan balasan yang tegas untuk melindungi hak dan kepentingan negara itu.

Kantor berita pemerintah China, Xinhua, menuding Trump "mengubah perdagangan menjadi permainan balas dendam".

Sementara para analis meyakini Beijing punya alasan untuk marah atas kebijakan tarif baru Trump.

Pertama-tama, pengumuman terbaru ini adalah penambahan tarif sebesar 20% pada barang-barang yang diekspor dari China.

Kedua, dengan mengenakan tarif tinggi pada negara-negara Asia Tenggara lainnya—termasuk Kamboja, Vietnam, Laos dan Indonesia, AS telah "menutup pintu" terhadap cara China mengatur ulang rantai pasokannya untuk menghindari tarif yang dikenakan pada Beijing selama masa jabatan pertama Trump.

Ada lima negara Asia dalam daftar 10 negara dan wilayah yang dikenakan tarif tertinggi oleh Trump.

Pajak terus bertambah di Tiongkok

Trump telah mengenakan tarif baru terhadap produk impor dari China sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, dengan menaikkan pungutan hingga 20%.

Dalam waktu kurang dari sepekan ke depan, tarif ini akan melonjak menjadi 54%—kecuali pada produk seperti mobil, baja, dan aluminium—yang akan dikenakan tarif lebih rendah.

Beijing juga menjadi sasaran serangan dagang Trump lainnya.

Sebelumnya pada Rabu (02/04), Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif untuk mengakhiri ketentuan untuk paket bernilai rendah yang dikirim dari China.

Kebijakan ini memungkinkan raksasa e-commerce China seperti Shein dan Temu mengirimkan paket dengan nilai eceran di bawah US$800 ke AS tanpa pajak dan inspeksi.

Menurut data bea cukai, hampir 1,4 miliar pengiriman paket memasuki AS berdasarkan ketentuan tersebut pada tahun keuangan lalu.

Penghapusan pengecualian tersebut dapat memaksa sejumlah perusahaan China mengenakan biaya tambahan kepada pelanggan, sehingga membuat barang mereka kurang kompetitif di AS.

Jika dilihat secara keseluruhan, ini adalah gambaran yang mengkhawatirkan bagi Beijing, kata Deborah Elms dari konsultan Hinrich Foundation.

"Saya tidak berpikir tarif baru itu ditujukan kepada China. Namun, ketika Amerika Serikat mengenakan tarif satu per satu, khususnya terhadap China, angka-angkanya akan langsung mengejutkan."

"China dan warga China harus membalas. Mereka tidak akan bisa tinggal diam dan menyaksikan ini," katanya.

Rantai pasok terdampak

Trump juga mengenakan tarif yang tinggi—berkisar antara 46% hingga 49%—terhadap Vietnam, Laos, dan Kamboja.

Hal ini merupakan "serangan langsung terhadap rantai pasokan Beijing yang luas," kata Stephen Innes dari firma investasi SPI Asset Management.

"Vietnam... dan negara-negara lain di pinggiran merupakan korban tambahan dalam apa yang tampaknya menjadi penataan ulang kebijakan perdagangan AS yang paling agresif dalam satu generasi," tambahnya.

"Ini bukan balas dendam, ini adalah penahanan strategis melalui perang tarif."