Pemerintah Amerika Serikat akan menutup Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), yang berdampak pada ribuan staf di dalam negeri dan di seluruh dunia. Mereka akan dikenai cuti berbayar mulai 7 Februari 2025. Dalam pernyataan resmi yang diunggah di situsnya pada Selasa (4/2/2025), USAID menyebutkan bahwa kebijakan ini berlaku untuk semua pegawai perekrutan langsung, kecuali yang bertanggung jawab atas fungsi esensial dan program prioritas.
"Terima kasih atas pengabdian Anda," demikian bunyi pernyataan USAID, dikutip dari kantor berita AFP, Rabu (5/2/2025). Penutupan USAID merupakan bagian dari kebijakan Presiden Donald Trump yang didukung oleh Kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) Elon Musk untuk memangkas anggaran pemerintah.
Langkah ini memicu reaksi keras di Washington, terutama dari Partai Demokrat dan kelompok hak asasi manusia yang menilai USAID memiliki peran vital dalam bantuan kemanusiaan global. Sebagai lembaga yang beroperasi di sekitar 130 negara, USAID selama ini mendanai berbagai program kesehatan, bantuan darurat, dan pembangunan di wilayah-wilayah termiskin di dunia. Elon Musk, yang mendukung kebijakan Trump, menyebut USAID sebagai "sarang ular berbisa kaum Marxis kiri radikal". Ia juga mengeklaim, tanpa bukti konkret, bahwa USAID terlibat dalam penelitian senjata biologis, termasuk Covid-19.
Keputusan ini sejalan dengan narasi Partai Republik yang menilai anggaran bantuan luar negeri terlalu besar, sedangkan kebutuhan domestik diabaikan.
Sementara itu, USAID menyatakan bahwa misinya adalah mengakhiri kemiskinan ekstrem dan memperkuat komunitas demokratis di seluruh dunia. Penutupan ini menjadi pukulan besar bagi komunitas internasional yang selama ini bergantung pada program bantuan USAID.