Rupiah menghadapi tren pelemahan jelang tutup tahun. Mata uang Garuda ini kembali menembus level Rp16.300/US$ beberapa waktu lalu. Bank Indonesia (BI) memandang situasi yang dihadapi rupiah ini tidak ringan.
"Beberapa bulan terakhir ini hampir semua mata uang, khususnya emerging market mengalami tantangan yang tidak ringan," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto saat berbincang dengan CNBC Indonesia, dikutip Minggu (29/12/2024)
Tantangan tersebut berasal dari global. Ada peningkatan ketidakpastian dikarenakan divergensi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS tampak menguat, ditandai dengan data tenaga kerja dan inflasi.
Rupiah menghadapi tren pelemahan jelang tutup tahun. Mata uang Garuda ini kembali menembus level Rp16.300/US$ beberapa waktu lalu. Bank Indonesia (BI) memandang situasi yang dihadapi rupiah ini tidak ringan.
"Beberapa bulan terakhir ini hampir semua mata uang, khususnya emerging market mengalami tantangan yang tidak ringan," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto saat berbincang dengan CNBC Indonesia, dikutip Minggu (29/12/2024)
Tantangan tersebut berasal dari global. Ada peningkatan ketidakpastian dikarenakan divergensi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS tampak menguat, ditandai dengan data tenaga kerja dan inflasi.
Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah kembali tumbang pada penutupan perdagangan akhir pekan ini Jumat (27/12/2024) setelah libur natal 2 hari kemarin.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan pekan ini (27/12/2024) rupiah melemah hingga 0,28% ke level Rp16,230/US$.
Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.180/US$ dan terjauh di posisi Rp16,255/US$. Selama sepekan ini, nilai tukar rupiah masih alami pelemahan sebesar 0,25%.