BACA BERITA

Boom EV Berakhir? Warga AS Tak Lagi Tertarik Mobil Listrik

Author: matauang Category: Otomotif
Matauang.com - Meski produsen otomotif gencar merilis berbagai model kendaraan listrik, antusiasme warga Amerika Serikat (AS) terhadap mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) justru menunjukkan tren menurun. Survei terbaru yang dilakukan oleh American Automobile Association (AAA) pada tahun 2025 mencatat bahwa minat masyarakat AS terhadap kendaraan listrik telah mencapai titik terendah dalam enam tahun terakhir.

Berdasarkan laporan yang dikutip dari Carscoops, hanya 16 persen responden dalam survei tersebut yang menyatakan kemungkinan besar akan membeli mobil listrik. Angka ini menjadi yang terendah sejak AAA mulai melakukan survei tahunan serupa pada 2019. Sebaliknya, mayoritas responden, yakni 63 persen, menyatakan tidak tertarik untuk memiliki kendaraan listrik. Sebagai perbandingan, pada tahun 2022 lalu, 25 persen responden masih menunjukkan ketertarikan terhadap EV, sementara 51 persen tidak berminat.

Tidak hanya minat pembelian yang menurun, keyakinan masyarakat AS terhadap masa depan elektrifikasi transportasi juga ikut melemah. Hanya 23 persen responden yang percaya bahwa mayoritas kendaraan di AS akan menjadi listrik dalam satu dekade ke depan. Padahal, pada 2022, keyakinan ini masih dipegang oleh 40 persen responden.

Survei AAA ini juga mengungkap berbagai alasan mengapa sebagian besar warga AS masih enggan beralih ke kendaraan listrik. Kekhawatiran terbesar adalah soal biaya, terutama biaya penggantian baterai yang dinilai terlalu mahal oleh 62 persen responden. Selain itu, harga beli mobil listrik yang masih tinggi (59 persen), keterbatasan dalam perjalanan jarak jauh (57 persen), serta minimnya fasilitas pengisian daya publik (56 persen) menjadi alasan utama lainnya.

Sebanyak 55 persen responden mengaku takut kehabisan daya di tengah perjalanan, sedangkan 31 persen mengkhawatirkan aspek keselamatan. Alasan praktis lainnya juga muncul, seperti tidak memiliki akses untuk memasang pengisi daya di rumah (27 persen), serta insentif pemerintah yang dianggap semakin berkurang (12 persen).

Meski demikian, masih ada sebagian warga AS yang mempertimbangkan untuk membeli kendaraan listrik. Penghematan bahan bakar menjadi alasan utama dengan persentase mencapai 77 persen. Alasan lain termasuk kepedulian terhadap lingkungan (59 persen) dan harapan bahwa biaya perawatan mobil listrik lebih rendah dibanding mobil bermesin konvensional (47 persen).

Namun, dukungan terhadap insentif pemerintah juga mengalami penurunan signifikan. Hanya 39 persen responden yang menyebut insentif pajak sebagai pendorong membeli EV, turun drastis dari 60 persen pada 2022. Penurunan ini dinilai sejalan dengan arah kebijakan pemerintahan Donald Trump yang mulai mengurangi subsidi untuk kendaraan listrik.

Daya tarik fitur teknologi canggih yang selama ini menjadi nilai jual EV juga mulai melemah. Hanya 22 persen responden yang menganggap teknologi sebagai alasan utama untuk membeli mobil listrik.

“Sejak kami mulai memantau minat terhadap mobil listrik murni, kami melihat naik-turunnya ketertarikan,” kata Greg Bannon, Direktur Teknik Otomotif AAA. Ia menegaskan bahwa meskipun industri otomotif berkomitmen pada elektrifikasi jangka panjang, keraguan dari konsumen masih menjadi tantangan besar.

Survei ini dilakukan pada 6–10 Maret 2025 dengan melibatkan 1.128 responden yang mewakili sekitar 97 persen populasi rumah tangga di Amerika Serikat.