BACA BERITA

Daftar 10 Mata Uang Terendah di Dunia Akhir November, Ada Rupiah?

Author: matauang Category: Keuangan
Jakarta, matauang.com -Sebagian besar mata uang cenderung tertekan di tengah terus menguatnya indeks dolar AS (DXY). Hal ini tentu berujung pada semakin terpuruknya mata uang di dunia dan semakin tidak bernilai di hadapan dolar AS.

Lantas, mata uang apa yang terlemah di dunia dan berasal dari negara mana?

Untuk diketahui mata uang yang lemah dapat didefinisikan sebagai mata uang yang memiliki nilai rendah atau menurun dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan depresiasi mata uang, termasuk intervensi bank sentral, peningkatan impor, penurunan pendapatan ekspor, perubahan tingkat inflasi, dan ketidakstabilan politik.

Berikut ini daftar 10 mata uang yang terlemah di hadapan dolar AS dilansir dari wise.com dan Refinitiv.

1. Lebanese Pound

Pound Lebanon (LBP) adalah mata uang terlemah di dunia, dan telah berada di posisi teratas atau mendekati posisi teratas dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terutama disebabkan oleh inflasi yang tinggi dan ekonomi yang tertekan, serta ketidakstabilan politik. Negara ini juga telah mengalami krisis perbankan sejak 2019.

2. Iranian Rial

Rial Iran (IRR) telah mengalami kesulitan sejak kesepakatan nuklir AS-Iran gagal pada 2015, di mana sanksi berat juga diberlakukan. Rial jatuh bebas, stabil dalam beberapa tahun terakhir, dan kemudian mengalami tekanan baru akibat ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.

3. Vietnamese dong

Peringkat ketiga dalam daftar mata uang terlemah di dunia adalah dong Vietnam (VND). Hal ini terutama disebabkan oleh pembatasan terhadap ekspor asing, yang juga mengalami penurunan volume. Bank Sentral negara tersebut juga telah mendekati devaluasi dong dalam beberapa tahun terakhir, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan ekspor.

4. Laotian Kip

Kip Laos (LAK) adalah salah satu mata uang terlemah di dunia karena kombinasi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi inflasi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan peningkatan utang luar negeri.

5. Sierra Leonean Leone

Leone Sierra Leone (SLL) mirip dengan kip Laos dalam hal nilai mata uangnya yang dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi tingkat utang dan inflasi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang lambat, serta dampak jangka panjang dari krisis kesehatan besar seperti wabah virus Ebola.

6. Indonesian Rupiah

Rupiah mengalami depresiasi yang cukup signifikan secara year to date/ytd sebesar 3,09%. Hal ini terjadi bersamaan dengan kondisi ekonomi Indonesia khususnya pertumbuhan ekonomi yang terus melandai pada kuartal II maupun kuartal III-2024. Selain itu berbagai kondisi seperti tenaga kerja yang bermasalah (banyak Pemutusan Hubungan Kerja/PHK) juga berdampak negatif dan memberikan kekhawatiran tersendiri bagi investor untuk masuk ke pasar keuangan Tanah Air.

7. Uzbekistan Som

Som Uzbekistan (UZS) terus mengalami kesulitan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor seperti tingkat pengangguran yang tinggi, inflasi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang rendah, dan masalah dengan korupsi.

8. Guinean Franc

Franc Guinea (GNF) memulai penurunan nilainya setelah konflik di tahun 1990-an. Mata uang ini tetap menjadi salah satu yang terlemah di dunia karena faktor-faktor seperti kerusuhan militer dan inflasi yang tinggi. Namun, GNF menunjukkan tanda-tanda pemulihan belakangan ini.

9. Paraguayan Guarani

Mata uang Paraguay, guarani (PYG), telah mengalami kesulitan akibat masalah inflasi dan pengangguran yang terus-menerus, menjadikannya salah satu mata uang terlemah di dunia. PYG juga terhambat oleh korupsi dan peredaran uang palsu.

10. Malagasy Ariary

Terakhir dalam daftar, namun tetap menjadi salah satu mata uang dengan nilai terendah di dunia, adalah ariary Madagaskar (MGA). Mata uang Madagaskar mengalami penurunan nilai yang signifikan sekitar tahun 2009, yang disebabkan oleh kombinasi bencana alam, ketidakstabilan politik, dan dampak krisis keuangan global.

Dalam beberapa tahun terakhir, situasi ini hanya memburuk, dengan MGA semakin melemah akibat inflasi tinggi dan ketidakmauan investor asing untuk berinvestasi di Madagaskar.