Di tengah konflik yang terus berkecamuk antara Israel dan Hamas, situasi di Jalur Gaza kini disebut-sebut semakin tak terkendali. Menurut laporan terbaru dari Sky News, militer Israel diduga memberlakukan aturan tembak di tempat bagi siapa pun yang melintasi zona terlarang, tanpa memandang apakah individu tersebut merupakan ancaman atau tidak.
Seorang prajurit dari Divisi Ke-252 Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang identitasnya dirahasiakan mengungkapkan bahwa siapa pun yang memasuki area yang dianggap terlarang oleh militer akan langsung ditembak. "Kami berada di zona tertentu, dan siapa pun yang masuk ke sana harus ditembak," ujarnya kepada media asal Inggris tersebut.
Ia menjelaskan bahwa unit tempatnya bertugas tinggal di rumah warga Palestina di pinggiran wilayah sipil, dan di sana diberlakukan sebuah batas tidak kasat mata yang dianggap telah diketahui oleh semua warga Gaza. "Mereka bisa saja ditembak atau ditangkap, tergantung keputusan komandan saat itu," jelasnya lagi.
Menurutnya, situasi yang berlangsung di Gaza saat ini mirip dengan "Wild West", di mana tindakan kekerasan ekstrem menjadi hal lumrah dan para komandan militer memiliki kewenangan penuh tanpa pengawasan ketat. Bahkan, ia menyebutkan bahwa keputusan untuk menembak warga sipil bisa berubah tergantung pada suasana hati para atasan.
Salah satu peristiwa yang dia saksikan adalah ketika seorang pria ditembak mati karena memasuki zona tersebut, sementara yang lain hanya ditangkap. "Tidak ada belas kasihan," ucapnya.
Ia juga menyatakan bahwa sebagian besar rekannya membicarakan pembunuhan dengan terbuka dan percaya bahwa warga Gaza tidak melakukan cukup banyak untuk menghentikan serangan dari Hamas. Ia memutuskan untuk bersuara karena merasa bersalah dan menilai warga sipil Palestina hanya menjadi korban dari konflik yang tidak mereka pilih.
Kesaksian serupa sebelumnya pernah dimuat oleh Haaretz, salah satu media ternama di Israel. Dalam laporan itu, beberapa tentara mengkritik kebijakan penembakan serta kepemimpinan Brigjen Yehuda Vach, yang dikenal kerap menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil Israel—padahal banyak dari mereka diduga tewas akibat tembakan dari helikopter militer Israel sendiri.
Serangan besar pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel juga menjadi sorotan, karena disebutkan bahwa sebagian besar korban justru gugur karena tembakan pasukan Israel, bukan oleh Hamas.
Di sisi lain, laporan dari The Cradle mengungkapkan bahwa sebelum konflik meningkat, beberapa partai sayap kanan di Israel telah mendorong perang dengan tujuan memperluas wilayah pendudukan dan membangun pemukiman Yahudi di Gaza. Hal ini ditegaskan kembali oleh Limor Son Har-Melech, anggota parlemen Israel, yang menyerukan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah tersebut. "Satu-satunya cara menghentikan ancaman adalah dengan hadir secara fisik dan menguasai wilayah itu melalui pemukiman," ujarnya dalam wawancara radio.