BACA BERITA

Gubernur BI Ungkap Penyebab Melemahnya Rupiah Sebesar 0,84% pada November 2024

Author: matauang Category: Keuangan
Rupiah Melemah 0,84% pada November 2024

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah pada bulan November 2024 mengalami pelemahan sebesar 0,84 persen secara point to point (ptp) terhadap dolar AS dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Perry menjelaskan bahwa penurunan nilai tukar rupiah ini dipengaruhi oleh penguatan mata uang dolar AS yang terjadi secara global.

"Salah satu faktor utama adalah kembalinya preferensi investor global yang mulai mengalihkan portofolionya ke pasar AS setelah hasil pemilihan umum di Amerika Serikat," kata Perry dalam konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu, 20 November 2024.

Perbandingan Pelemahan Rupiah dengan Mata Uang Negara Lain

Meski mengalami depresiasi, Perry menegaskan bahwa pelemahan rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa mata uang negara tetangga. Ia mencatat bahwa dalam periode yang sama, dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea Selatan masing-masing mengalami penurunan nilai tukar yang lebih dalam, yaitu sebesar 5,26 persen, 5,83 persen, dan 7,53 persen.

"Jika dibandingkan dengan mata uang negara-negara tetangga, rupiah masih relatif stabil," tambahnya.

Prospek Stabilitas Nilai Tukar Rupiah

Menurut Perry, ke depan, Bank Indonesia memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan tetap stabil. Hal ini didukung oleh komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar, tingkat imbal hasil yang menarik, inflasi yang terkendali, serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif.

Strategi BI untuk Menjaga Stabilitas Nilai Tukar

Bank Indonesia terus mengoptimalkan penggunaan berbagai instrumen moneter, termasuk memperkuat strategi operasi moneter yang pro-market. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

"Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter BI dalam menarik aliran investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah," jelas Perry lebih lanjut.

Data Terkini Posisi Instrumen Moneter BI

Hingga 18 November 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI tercatat masing-masing sebesar Rp968,82 triliun, US$3,39 miliar, dan US$387 juta. Penerbitan SRBI ini dianggap telah memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan aliran masuk portofolio asing ke Indonesia, yang pada gilirannya mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

Kepemilikan non-residen dalam SRBI mencapai Rp250,18 triliun atau sekitar 25,8 persen dari total outstanding SRBI.

Implementasi Primary Dealer untuk Penguatan Rupiah

Selain itu, Perry juga menyebutkan bahwa implementasi Primary Dealer (PD) yang dimulai pada Mei 2024 telah memperkuat efektivitas SRBI sebagai instrumen moneter. Langkah ini diharapkan dapat membantu mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi di Indonesia.