Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan. Pada Kamis, 21 November 2024, nilai tukar rupiah bahkan sempat mendekati angka Rp16.000 per dolar.
Namun, kejadian serupa juga pernah terjadi pada masa krisis ekonomi 1998, saat dolar AS melambung tinggi hingga mencapai Rp16.800. Kenaikan nilai dolar yang drastis ini terjadi dalam waktu yang relatif singkat, dan menjadi bagian dari krisis moneter yang melanda Indonesia.
Pada masa itu, kejatuhan Presiden Soeharto diiringi oleh krisis ekonomi yang parah. BJ Habibie, yang menggantikan Soeharto sebagai presiden, harus menghadapi tantangan besar untuk menstabilkan ekonomi Indonesia yang ambruk. Meski dalam kondisi yang sangat sulit, Habibie berhasil membawa rupiah kembali menguat dalam waktu singkat.
Langkah-Langkah Habibie dalam Menstabilkan Ekonomi
Salah satu langkah krusial yang diambil Habibie untuk mengatasi krisis adalah melakukan restrukturisasi perbankan. Pada masa Orde Baru, kebijakan yang mempermudah pendirian bank lewat Paket Oktober 1988 menyebabkan banyak bank berdiri tanpa sistem pengelolaan yang baik. Ketika krisis melanda, banyak bank yang gulung tikar, dan nasabah pun melakukan penarikan dana besar-besaran.
Habibie kemudian melakukan langkah-langkah restrukturisasi untuk memperkuat sektor perbankan. Salah satunya adalah dengan menggabungkan empat bank milik pemerintah menjadi satu entitas yang kini dikenal dengan nama Bank Mandiri.
Selain itu, Habibie juga mengupayakan agar Bank Indonesia (BI) bisa beroperasi secara independen. Melalui Undang-Undang No. 23 tahun 1999, BI dipisahkan dari pemerintah, yang menurut Habibie adalah langkah penting untuk menjaga objektivitas dan menghindari intervensi politik dalam pengelolaan ekonomi.
Dalam otobiografinya, B.J. Habibie: Detik-detik yang Menentukan (2006), Habibie mengungkapkan bahwa kebijakan ini menjadi kunci untuk menguatkan nilai rupiah dan mengembalikan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia.
Mengeluarkan Kebijakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Langkah berikutnya yang diambil oleh Habibie adalah penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dengan menerbitkan SBI dengan tingkat bunga yang tinggi, Habibie bertujuan untuk menarik kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank di Indonesia. Masyarakat diharapkan kembali menabung di bank, sehingga memperlambat peredaran uang di pasar.
Berkat kebijakan ini, suku bunga yang semula melonjak hingga 60% berhasil diturunkan menjadi belasan persen. Kepercayaan terhadap sistem perbankan pun mulai pulih, yang kemudian diikuti dengan kembali mengalirnya dana dari investor.
Kebijakan Pengendalian Harga Bahan Pokok
Selain langkah-langkah di sektor perbankan, Habibie juga mengendalikan harga bahan pokok yang menjadi salah satu masalah krusial di tengah krisis. Sebagai teknokrat yang juga ahli di bidang pesawat terbang, Habibie menyadari bahwa untuk menjaga kestabilan sosial dan ekonomi, kebutuhan dasar rakyat seperti listrik, bahan bakar minyak (BBM), dan bahan pokok harus tetap terjangkau. Oleh karena itu, ia mempertahankan harga BBM dan listrik subsidi agar tidak naik drastis.
Namun, kebijakan ini tidak lepas dari kontroversi, terutama karena pada salah satu pidatonya, Habibie menyarankan rakyat untuk berpuasa di masa krisis sebagai bentuk penghematan.
Keberhasilan Kebijakan Habibie
Meskipun ada banyak tantangan dan kontroversi, ketiga kebijakan utama yang diambil oleh Habibie terbukti berhasil. Kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia mulai pulih, yang kemudian menarik aliran dana investor kembali ke pasar Indonesia.
Akibat dari kebijakan-kebijakan tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun kembali menguat, dan pada akhirnya, dolar AS yang semula mencapai Rp16.800 dapat terkendali dan diperdagangkan di level sekitar Rp6.550.
Habibie berhasil membalikkan keadaan yang sangat sulit dan menunjukkan kepemimpinannya dalam mengelola krisis ekonomi Indonesia.