Teheran – Setelah 12 hari konflik bersenjata yang memanas, Iran dan Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata. Namun, ketegangan belum sepenuhnya reda. Pemerintah Iran menegaskan siap mengambil tindakan tegas apabila Amerika Serikat atau Israel melanggar kesepakatan tersebut.
Peringatan keras ini disampaikan di tengah ketidakpastian masa depan program nuklir Iran, menyusul serangkaian serangan terhadap fasilitas pengayaan nuklirnya.
Perundingan Nuklir Dibuka, Iran Tetap Waspada
Amerika Serikat, melalui Utusan Khusus untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengonfirmasi bahwa diskusi terkait program nuklir Iran telah dimulai. Perundingan ini terjadi tidak lama setelah serangan udara yang dilancarkan oleh AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir utama Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Donald Trump, yang kembali memegang peran penting dalam diplomasi regional, diklaim menjadi sosok kunci yang mendorong tercapainya gencatan senjata serta menghentikan serangan Israel.
“Percakapan berlangsung positif. Kami berharap bisa mencapai kesepakatan damai yang komprehensif,” ujar Witkoff kepada Times of Israel.
Di sisi lain, AS mengklaim bahwa serangan tersebut berhasil menurunkan kemampuan Iran dalam mengembangkan senjata nuklir. Klaim ini disampaikan Utusan Sementara AS untuk PBB, Dorothy Shea, dalam sidang Dewan Keamanan, dengan dalih menjaga stabilitas kawasan dan keamanan global.
Intelijen AS: Kapasitas Nuklir Iran Hanya Tertunda, Bukan Hancur
Meskipun pemerintah AS menyatakan serangannya sukses besar, laporan dari Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) justru menyebut bahwa dampak serangan tersebut hanya bersifat sementara. Program nuklir Iran diperkirakan dapat kembali berjalan dalam waktu 1 hingga 2 bulan ke depan.
Penilaian ini bertolak belakang dengan klaim Presiden Trump yang sebelumnya menyatakan bahwa fasilitas nuklir Iran telah dihancurkan sepenuhnya.
Iran Siap Balas Jika Kesepakatan Dilanggar
Militer Iran menyampaikan peringatan keras. Juru bicara Markas Besar Khatam al-Anbiya, Kolonel Ebrahim Zolfaghari, menegaskan bahwa Iran tidak akan ragu memberikan serangan balasan kepada AS dan Israel apabila gencatan senjata dilanggar.
Zolfaghari juga mengungkap bahwa Israel telah melakukan pelanggaran dengan menerbangkan drone ke wilayah udara Iran dan melancarkan serangan ke beberapa lokasi. Ia memperingatkan bahwa pasukan Iran sepenuhnya siap menghadapi segala bentuk ancaman dengan kemampuan militer yang telah diperkuat.
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) sebelumnya juga menegaskan bahwa mereka tetap dalam kondisi siaga penuh. Serangan rudal yang diluncurkan ke target-target militer Israel disebut sebagai "peringatan keras" sebelum tercapainya kesepakatan damai.
Presiden Iran Puji Persatuan Nasional
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyampaikan apresiasi atas solidaritas rakyat Iran yang tetap teguh menghadapi tekanan dari Israel dan Amerika Serikat. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa kekuatan persatuan nasional menjadi kunci dalam menghadapi agresi eksternal.
Pezeshkian optimistis bahwa Iran mampu menghadapi tantangan ke depan dengan lebih kuat. Ia juga menegaskan bahwa kemampuan pertahanan Iran didedikasikan untuk menjaga stabilitas kawasan dan melindungi negara-negara tetangga.
“Persatuan yang telah terbangun selama 12 hari perjuangan ini harus tetap dipertahankan demi menjaga kedaulatan dan perdamaian di kawasan,” tegasnya.