BACA BERITA

Jelang Akhir 2024, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.142 per Dolar AS

Author: matauang Category: Keuangan
Menjelang akhir tahun 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan kinerja yang positif, dengan rupiah ditutup menguat pada level Rp16.142 per dolar AS. Penguatan ini menandakan adanya stabilitas yang cukup baik di pasar valuta asing Indonesia, meskipun berbagai tantangan global dan domestik masih mewarnai pergerakan pasar selama tahun ini. Kenaikan nilai tukar rupiah ini menjadi salah satu sorotan penting, mengingat tantangan inflasi global, ketegangan geopolitik, dan dinamika pasar komoditas yang mempengaruhi ekonomi global.

Lantas, apa saja yang menjadi faktor pendorong di balik penguatan rupiah ini? Berikut adalah ulasan lengkapnya.

1. Pemulihan Ekonomi Global yang Positif

Salah satu faktor utama yang mendorong penguatan rupiah adalah pemulihan ekonomi global yang lebih baik dari yang diperkirakan. Setelah beberapa tahun dilanda dampak pandemi COVID-19, berbagai negara besar, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan China, mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi yang stabil. Seiring dengan ini, permintaan barang dan komoditas dunia, termasuk yang berasal dari Indonesia, mengalami peningkatan.

Selain itu, perekonomian Indonesia juga mulai menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan ekonomi yang solid. Indonesia berhasil mempertahankan momentum pertumbuhannya dengan didorong oleh konsumsi domestik, sektor industri, dan ekspor komoditas yang tetap kompetitif di pasar global. Kondisi ini memperkuat sentimen positif terhadap rupiah, yang dianggap sebagai salah satu mata uang yang stabil di Asia Tenggara.

2. Kebijakan Bank Indonesia yang Proaktif

Kebijakan moneter yang dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) juga berperan penting dalam penguatan rupiah. Di sepanjang 2024, BI tetap mempertahankan kebijakan suku bunga acuan di level yang relatif tinggi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sekaligus mengendalikan inflasi domestik. Upaya ini membuat Indonesia menjadi lebih menarik bagi investor yang mencari imbal hasil tinggi, terutama dalam instrumen-instrumen investasi berdenominasi rupiah, seperti surat utang negara.

Selain itu, BI juga aktif melakukan intervensi pasar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar dan memastikan kelancaran perdagangan internasional, tanpa mengorbankan daya saing ekspor. Kebijakan ini membantu menjaga kestabilan rupiah, meskipun ada tantangan dari faktor eksternal, seperti pergerakan dolar AS yang cenderung menguat.

3. Dolar AS yang Mengalami Koreksi

Di tengah pasar global yang terus dinamis, dolar AS sempat mengalami koreksi setelah beberapa bulan sebelumnya menguat tajam terhadap berbagai mata uang utama dunia. Hal ini dipicu oleh keputusan Federal Reserve yang mulai melonggarkan kebijakan moneter dan menurunkan suku bunga acuan AS, setelah suku bunga tinggi yang diberlakukan untuk mengendalikan inflasi global.

Penurunan suku bunga AS ini membuat imbal hasil obligasi AS menjadi lebih rendah dan menarik bagi investor yang mencari alternatif investasi di luar dolar. Sebagai hasilnya, beberapa investor mulai mengalihkan dananya ke negara-negara dengan ekonomi yang lebih stabil, termasuk Indonesia, yang menguntungkan nilai tukar rupiah.

Pada akhir 2024, rupiah berhasil ditutup dengan penguatan signifikan di level Rp16.142 per dolar AS, mencatatkan keberhasilan dalam mempertahankan kestabilannya di tengah gejolak ekonomi global. Penguatan ini didorong oleh faktor-faktor positif seperti pemulihan ekonomi global, kebijakan moneter yang proaktif dari Bank Indonesia, kenaikan harga komoditas, serta kinerja sektor ekspor yang menguntungkan.

Dengan fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kuat, serta dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, prospek rupiah ke depan cukup cerah. Meskipun masih ada tantangan global yang perlu dihadapi, langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan dapat terus menjaga stabilitas rupiah dan memperkuat perekonomian Indonesia dalam menghadapi tantangan di tahun-tahun mendatang.