BACA BERITA

Jepang Bergerak Cepat Usai Dua Petinju Meninggal akibat Cedera Kepala

Author: matauang Category: Olahraga
Tragedi Guncang Dunia Tinju Jepang

https://matauang.com/ TOKYO – Dunia tinju Jepang berduka setelah dua petinju profesional, Shigetoshi Kotari dan Hiromasa Urakawa, meninggal dunia pada 2 Agustus 2025 di Korakuen Hall, Tokyo. Insiden tragis ini mendorong otoritas tinju Jepang untuk melakukan reformasi mendesak demi meningkatkan keselamatan atlet.

Kronologi Kejadian

  • Shigetoshi Kotari, peringkat kelima kelas super bulu Oriental Pacific, roboh setelah bertanding melawan Yamato Hata di partai utama.

  • Hiromasa Urakawa, peringkat keempat kelas ringan Jepang, mengalami cedera serius dalam laga undercard.

Keduanya sempat menjalani operasi kraniotomi darurat, namun nyawa mereka tak tertolong saat perawatan intensif.

Langkah Cepat dari JPBA dan JBC

Sebagai respons, Japan Professional Boxing Association (JPBA) dan Japan Boxing Commission (JBC) mengadakan rapat darurat pada 12 Agustus 2025. Hasilnya, disepakati empat kebijakan penting untuk meningkatkan keselamatan petinju.

1. Ambulans Wajib di Semua Pertandingan

Sebelumnya ambulans hanya hadir pada laga kejuaraan dunia. Kini, ambulans akan diwajibkan siaga di setiap laga tinju profesional, untuk memastikan penanganan darurat bisa dilakukan secepat mungkin.

2. Perluasan Jaringan Rumah Sakit Mitra

Jumlah rumah sakit mitra yang dapat menangani operasi darurat akan diperbanyak, guna mempercepat penanganan cedera kepala berat dan trauma dalam pertandingan.

3. Tes Hidrasi Wajib Sebelum Pertandingan

JPBA akan mengadopsi tes hidrasi wajib, mengikuti metode seperti di ONE Championship. Tes ini akan dilakukan melalui uji berat jenis urine untuk mendeteksi dehidrasi akibat penurunan berat badan ekstrem.

  • Petinju yang tidak lolos tes hidrasi akan didiskualifikasi, meski itu berarti pertandingan bisa dibatalkan mendadak.

4. Pengumpulan Data Penurunan Berat Badan

JPBA akan mulai mendokumentasikan dan memetakan pola penurunan berat badan para petinju Jepang, guna mengidentifikasi potensi risiko dan penyebab cedera serius.

Pernyataan Resmi JBC

Sekretaris Jenderal JBC, Tsuyoshi Yasukawa, menyatakan bahwa belum ada bukti langsung yang mengaitkan dehidrasi dengan kematian kedua petinju. Namun, langkah pencegahan tetap diambil sebagai antisipasi.

“Kalau saja ada hubungan kausal yang jelas, tentu langkahnya lebih mudah. Untuk saat ini, kami fokus melakukan apa yang bisa dilakukan demi masa depan,” ujarnya.

Dampak dan Harapan

Reformasi ini dianggap sebagai perubahan paling signifikan dalam protokol keselamatan tinju Jepang dalam puluhan tahun terakhir.

Sementara itu, Yamato Hata, lawan Kotari dalam laga utama, dilaporkan masih dalam kondisi kritis. Dunia tinju saat ini menaruh harapan besar agar ia bisa pulih.

Penutup

Tragedi ini menjadi peringatan serius bagi dunia olahraga, khususnya tinju, bahwa keselamatan atlet adalah prioritas utama. Setiap detik dalam penanganan cedera bisa menjadi penentu antara hidup dan mati.