MATAUANG - Pengumuman Toyota tentang kemitraan teknis dengan Haas tak pelak lagi memicu spekulasi bahwa hal tersebut dapat menandai langkah pertama kembalinya mereka ke Formula 1 secara resmi.
Pabrikan Jepang memutuskan berhenti dari ajang grand prix pada akhir 2009, di tengah-tengah krisis keuangan global dan kegagalannya untuk menang di lintasan. Sekarang, popularitas F1 jauh lebih besar. Toyota telah duduk di pinggir lapangan dan melihat saingannya, Honda, menjadi juara lagi.
Hubungannya dengan F1 tidak pernah benar-benar terputus, di mana terowongan angin di Cologne digunakan oleh tim-tim termasuk McLaren hingga tahun lalu. Meski begitu, Toyota tidak pernah memiliki hubungan langsung dengan kejuaraan atau para pesaingnya.
Semua itu berubah dengan kesepakatan dengan Haas, karena para pembalap, mekanik, dan insinyur pengembangan Toyota akan dilibatkan dalam program uji coba resmi serta mengerjakan pengembangan aerodinamika serta desain dan pembuatan mobil.
Namun, jika ada satu pesan yang jelas yang keluar dari konferensi pers resmi di Fuji pada Jumat (11/10/2024), untuk mengumumkan kesepakatan tersebut. Ini sama sekali bukan kembalinya Toyota ke dunia balap secara resmi.
Seperti yang dikatakan oleh bos Toyota, Akio Toyoda, saat berbicara kepada media, "Tolong pastikan bahwa berita utama besok tidak berbunyi: 'Toyota Akhirnya Kembali ke F1'.
"Sebaliknya, akan sangat menyenangkan untuk melihat berita utama dan artikel yang menginspirasi anak-anak Jepang untuk memimpikan kemungkinan bahwa mereka juga dapat mengendarai mobil tercepat di dunia suatu hari nanti."
Kemitraan ini sangat ditujukan untuk membantu Toyota mencapai tujuannya dalam memberikan kesempatan kepada para insinyur, staf dan pembalap mudanya untuk masuk ke F1.
Toyoda mengatakan bahwa salah satu motivasi utama baginya dalam menyetujui untuk kembali terlibat secara formal di F1 adalah untuk memberikan harapan kepada siapa pun yang terlibat dengan perusahaannya bahwa mereka dapat mencapai puncak dalam motorsport.
Ia mengatakan bahwa hal ini terutama berlaku bagi para pembalap, seperti mereka yang berkompetisi untuk Toyota di Super Formula, yang menurutnya sekarang bisa melihat kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan pengalaman di F1.
"Ada sesuatu yang saya rasakan ketika berbicara dengan para pembalap profesional," jelasnya. "Semua orang ingin mengendarai mobil tercepat di dunia. Saya pikir memang begitulah para pembalap.
"Meski begitu, saya adalah orang yang berhenti dari F1. Jadi saya pikir para pembalap tidak pernah bisa terus terang membicarakannya di depan saya. Rasanya seperti selalu ada atmosfer yang menghambat di pit kami.
"Pada Januari tahun ini, saya mengatakan di depan semua orang bahwa saya akhirnya kembali menjadi pria tua biasa yang mencintai mobil.