https://matauang.com/ JAKARTA - Perjalanan panjang Tim Nasional Indonesia di kancah Piala Dunia menyimpan catatan sejarah yang menarik, meskipun belum berbuah prestasi yang membanggakan. Dimulai dari era Hindia Belanda pada Piala Dunia 1938, partisipasi
Garuda Muda di FIFA World Youth Championship 1979, hingga debut di FIFA U-17 World Cup 2023, rangkaian peristiwa ini menjadi saksi bisu eksistensi sepak bola Indonesia di panggung global.
Jejak Awal di Tahun 1938
Kisah Timnas Indonesia di Piala Dunia bermula ketika masih bernama Hindia Belanda. Pada perhelatan Piala Dunia 1938 di Prancis, Hindia Belanda tercatat sebagai negara Asia pertama yang berpartisipasi. Sebuah fakta unik, mereka berhasil lolos secara otomatis tanpa melalui babak kualifikasi, menyusul mundurnya Jepang yang kala itu menjadi pesaing. Sayangnya, langkah Hindia Belanda terhenti di babak awal. Bertemu dengan Hungaria pada tanggal 5 Juni 1938, tim dari Asia ini menyerah dengan skor telak 0-6. Format gugur yang berlaku saat itu membuat Hindia Belanda langsung tersingkir, namun tetap mengukir sejarah sebagai representasi pertama Asia di Piala Dunia.
Garuda Muda di Piala Dunia U-20 1979
Empat dekade kemudian, Indonesia kembali menorehkan tinta emas dalam sejarah sepak bola nasional di ajang FIFA World Youth Championship 1979 di Jepang, yang kini dikenal sebagai FIFA U-20 World Cup. Garuda Muda berhasil lolos melalui babak kualifikasi yang ketat, namun harus tergabung dalam grup yang sulit bersama Argentina, Polandia, dan Yugoslavia — tiga kekuatan besar sepak bola dunia pada masa itu. Hasilnya, Indonesia harus menerima kenyataan pahit. Skuad muda Indonesia menyerah 0-5 dari Argentina yang diperkuat oleh Diego Maradona, kemudian takluk 0-6 dari Polandia, dan kembali dikalahkan 0-5 oleh Yugoslavia. Kendati tanpa meraih kemenangan, pengalaman bertanding melawan calon-calon bintang dunia memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi perkembangan sepak bola Indonesia.
Debut di Piala Dunia U-17 2023
Pada tahun 2023, Indonesia kembali mencatatkan sejarah baru dengan menjadi tuan rumah FIFA U-17 World Cup, sekaligus menandai penampilan perdana di turnamen kelompok usia tersebut. FIFA memberikan kepercayaan kepada Indonesia untuk menggantikan Peru yang statusnya dicabut akibat masalah infrastruktur. Di babak penyisihan grup, Garuda Asia menunjukkan semangat juang yang tinggi. Mereka bermain imbang 1-1 melawan Ekuador dan Panama, sebelum akhirnya kalah 1-3 dari Maroko. Indonesia menempati posisi ketiga di grup dengan raihan dua poin, mencetak tiga gol dan kebobolan lima gol. Meskipun belum berhasil melaju ke babak gugur, penampilan para pemain muda ini menjadi langkah awal yang krusial bagi masa depan sepak bola Indonesia.
Tiga momen bersejarah tersebut — 1938, 1979, dan 2023 — menjadi fondasi penting dalam perjalanan Indonesia di kancah sepak bola dunia. Kini, harapan baru kembali tumbuh seiring dengan persiapan Garuda Muda untuk berpartisipasi dalam ajang-ajang internasional mendatang. Diharapkan pada bulan November 2025, generasi baru mampu melanjutkan tradisi tampil di kompetisi tertinggi FIFA dan semakin mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.