Matauang.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali dibuka melemah pagi ini, Kamis (22/8/2024). Tampaknya market mulai pricing in suku bunga BI yang ditahan kembali dan hasil FOMC minutes semalam.
Dilansir dari Refinitiv, pagi ini rupiah kembali ke atas Rp15.500/US$, tepatnya melemah 0,13% dari harga closing kemarin, Rabu (21/8/2024) di harga Rp15.480/US$.
Disisi lain, indeks dolar AS (DXY) mengalami penguatan sebesar 0,21% ke titik 101,25.
Pelemahan rupiah pagi ini melanjutkan pelemahan kemarin yang terjadi setelah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan untuk kembali menahan suku bunganya selama empat bulan beruntun di level 6,25% pada Rabu (21/8/2024). Sementara, suku bunga Deposit Facility 5,50% dan suku bunga Lending Facility sebesar 7%.
Keputusan BI untuk mempertahankan BI rate sejalan dengan kebijakan moneter yang pro-stabilitas sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam target 2,5±1% pada tahun 2024 dan 2025.
Namun, BI juga memberikan sinyal kuat untuk memangkas suku bunga acuan pada kuartal IV-2024.
"Kami masih tetap akan melihat ruang terbuka bagi penurunan BI rate pada kuartal IV," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (21/8/2024).
Sementara itu, sentimen dari negara Paman Sam terkait pengumuman PMI manufaktur AS yang akan diumumkan malam nanti turut menjadi perhatian.
Indeks PMI Manufaktur AS, berdasarkan data S&P Global, direvisi sedikit lebih tinggi menjadi 49,6 pada Juli 2024 dari perkiraan awal 49,5.
Namun, angka tersebut tetap menjadi yang terendah sepanjang tahun ini, mengindikasikan penurunan kondisi bisnis di sektor manufaktur AS.
Berdasarkan konsensus yang dilaksanakan Trading Economics, PMI Manufaktur Flash AS diperkirakan masih dikisaran 49,6 atau tidak banyak berubah. Artinya, aktivitas manufaktur di AS masih cukup sulit atau berada dalam teritori kontraksi.
Pelaku pasar juga masih mencermati respon terhadap hasil risalah FOMC yang menunjukkan pejabat The Fed dalam pertemuan Juli mereka memberi sinyal pemangkasan suku bunga pada September semakin terbuka..
"Mayoritas besar eserta dalam pertemuan 30-31 Juli "mengamati jika data terus muncul sesuai harapan, kemungkinan akan tepat untuk melonggarkan kebijakan pada pertemuan berikutnya," kata ringkasan tersebut.
Pasar sepenuhnya memperhitungkan pemotongan pada September, yang akan menjadi yang pertama sejak pelonggaran darurat di awal krisis Covid.
Dokumen tersebut menyatakan bahwa "beberapa [peserta pertemuan] mengamati bahwa kemajuan terbaru dalam inflasi dan kenaikan tingkat pengangguran telah memberikan kasus yang masuk akal untuk mengurangi kisaran target 25 basis poin pada pertemuan ini atau bahwa mereka bisa mendukung keputusan semacam itu."