Matauang.com - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca risalah Federal Open Market Committee (FOMC) Kamis dini hari tadi.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,09% di angka Rp15.630/US$ pada hari ini, Kamis (10/10/2024). Hal ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan kemarin (9/10/2024) yang menguat 0,16%.
Sementara DXY pada pukul 08:59 WIB turun tipis 0,08% di angka 102,84. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 102,93.
Fluktuasi rupiah hari ini cenderung didorong oleh faktor eksternal, salah satunya yakni dari bank sentral AS (The Fed).
Pejabat The Fed pada pertemuan September lalu sepakat untuk memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Namun, The Fed tidak yakin seberapa agresif langkah yang harus diambil. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengurangi suku bunga sebesar setengah poin persentase dalam upaya untuk menyeimbangkan kepercayaan terhadap inflasi dengan kekhawatiran mengenai pasar tenaga kerja, menurut risalah yang dirilis pada Kamis dini hari.
Ringkasan pertemuan tersebut merinci alasan mengapa para pembuat kebijakan memutuskan untuk menyetujui pemangkasan suku bunga besar-besaran sebesar 50 bps untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun, dan menunjukkan adanya perbedaan pendapat di antara anggota mengenai prospek ekonomi.
Beberapa pejabat berharap untuk pengurangan yang lebih kecil, sebesar 25 bps, karena mereka mencari kepastian bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan dan kurang khawatir tentang kondisi pekerjaan.
"Beberapa peserta mengamati bahwa mereka lebih memilih pengurangan sebesar 25 bps pada pertemuan ini, dan beberapa lainnya menyatakan bahwa mereka dapat mendukung keputusan tersebut," kata risalah tersebut.
"Beberapa peserta mencatat bahwa pemangkasan sebesar 25 bps akan sejalan dengan jalur normalisasi kebijakan yang bertahap, yang memungkinkan pembuat kebijakan waktu untuk menilai tingkat ketatnya kebijakan seiring dengan perkembangan ekonomi. Beberapa peserta juga menambahkan bahwa langkah 25 bps dapat menandakan jalur normalisasi kebijakan yang lebih dapat diprediksi." tutur dokumen FOMC.
Jika ke depan, The Fed memangkas suku bunganya dengan tidak agresif, setidaknya dalam jangka pendek, DXY berpotensi mengalami apresiasi dan rupiah mengalami koreksi sehat.