Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies, Krisna Gupta menilai kelompok negara berkembang BRICS dinilai masih belum memiliki kekuatan institusional yang cukup untuk menyaingi dominasi ekonomi Amerika Serikat (AS). Meskipun digadang sebagai tandingan blok Barat, hingga kini BRICS belum memiliki perjanjian yang mengikat secara formal antar anggotanya.
"BRICS ini seperti pedang bermata dua. Trump pernah menyindir kalau negara-negara BRICS ingin lepas dari dominasi dolar, maka mereka akan dikenai tarif," ujar Krisna, dikutip Kamis, 15 Mei 2025.
Meski telah meluncurkan sejumlah inisiatif seperti pembentukan bank pembangunan dan sistem pembayaran alternatif, Krisna menilai BRICS belum menunjukkan langkah nyata dalam memperkuat kerja sama yang eksklusif bagi anggotanya.
Ketergantungan ini, sambung dia, membuat BRICS sulit untuk mengambil sikap kolektif dalam menghadapi kebijakan ekonomi AS, terutama ketika pendekatan bilateral lebih menguntungkan secara jangka pendek bagi masing-masing negara.