BACA BERITA

Memotret Keramaian Pasar Gambir pada Masa Hindia Belanda

Author: matauang Category: Hiburan
31 Augustus. Satoe hari jang rame. Bendera berkibar-kibar dari banjak gedong besar. Dalem Pasar Gambir keada’an ada lebih rame lagi. Di antara stand-stand orang saling desak dan tjoema bisa madjoe dengen pelahan.Demikian rekaman suasana keramaian Pasar Gambir di Batavia tahun 1930-an dalam bagian awal roman Dia Atawa Boekan?(1930) karya Tan King Tjan yang diterbitkan Litera Bandung.

Pasar Gambir Batavia merupakan salah satu pasar malam terkenal di Hindia Belanda. Pasar ini diselenggarakan untuk merayakan hari kelahiran Wilhelmina, Ratu Belanda, pada 31 Agustus dan perayaan naik takhtanya pada 8 September 1898. Pasar Gambir sempat terhenti pada 1907-1921 kemungkinan karena situasi perekonomian dan Perang Dunia I. Setelah tahun 1918, pemerintah kota praja Batavia ingin memperluas cakupan Pasar Gambir. Panitia memutuskan untuk menampilkan hiburan dan penampilan seni selain pameran promosi berbagai produk.

Hal menarik, istilah ”Pasar Gambir” muncul sebelum Wilhelmina naik takhta pada 1898. Dalam sebuah surat pembaca di Rotterdamsche Nieuwsblad (01/04/1879) bertajuk Brieven van Ontevredene (Surat-surat dari yang tidak puas) dituliskan perayaan ulang tahun raja Belanda (Willem III) di Hindia Belanda ‘op de gebruikelijke wijze gevierd’ (dirayakan dengan cara biasa). Tembakan meriam, parade, festival rakyat, resepsi makan malam di istana, dan kembang api diadakan di Batavia sebagai een recht volksfeest (pesta rakyat yang layak). Besar kemungkinan, Pasar Gambir diselenggarakan untuk merayakan hari kelahiran raja dan kemudian ratu Belanda.


Sumatra Courant (12/9/1899) mengabarkan antusiasme para penduduk baik tua maupun muda dari sekitar Batavia sejak pagi mendatangi Pasar Gambir untuk merayakan Koninginnedag, hari ulang tahun ratu Wilhelmina. Ada banyak atraksi di Pasar Gambir, antara lain mastklimmen (panjat tiang), zakenlopen (balap karung) yang dimulai pukul 3 sore. Pada malam harinya diselenggarakan resepsi makan malam di istana gubernur jenderal. Acara ditutup dengan pesta kembang api pada pukul 22.25.

Keramaian Pasar Gambir menjadi salah satu subyek menarik untuk diabadikan dalam bentuk foto. Namun, foto-foto yang menggambarkan suasana Pasar Gambir pada akhir abad ke-19 hampir sulit dijumpai. Berbeda dengan masa setelahnya (abad ke-20). Bisa jadi karena teknologi kamera yang ada pada masa itu belum memungkinkan merekam momen menarik di tengah-tengah keramaian.