https://matauang.com/ Dunia tinju baru saja kehilangan salah satu talenta paling unik dan briliannya,
Vasiliy Lomachenko, yang secara resmi mengumumkan pensiun dari dunia tinju profesional. Konfirmasi ini datang setelah pertarungan terakhirnya yang dominan melawan petinju Australia,
George Kambosos Jr., tahun lalu di kelas ringan.
Karier Fenomenal Vasiliy Lomachenko
Lomachenko menutup lembaran kariernya dengan rekor profesional yang sangat mengesankan: 18 kemenangan (12 KO) dan hanya 3 kekalahan. Perjalanan karier Lomachenko terbilang anomali. Setelah meraih dua medali emas Olimpiade berturut-turut (2008 dan 2012) serta dua medali emas Kejuaraan Amatir Dunia, Lomachenko langsung tancap gas di kancah profesional. Meskipun sempat kalah di pertarungan keduanya, ia segera bangkit dan merebut gelar juara dunia kelas bulu di pertarungan ketiganya melawan Garry Russell Jr.
Luar biasanya, ia menjadi juara dunia di dua kelas berbeda hanya dalam pertarungan ketujuhnya, bahkan berhasil menghentikan Guillermo Rigondeaux di ronde ke-11.
Dominasi Statistik Lomachenko
Data dari Compubox, penyedia statistik tinju terkemuka, menunjukkan betapa signifikan dampak Lomachenko terhadap olahraga ini. Lomachenko adalah salah satu dari hanya tiga petinju yang mencatatkan data plus/minus melebihi 20, sebuah metrik yang mengukur selisih antara persentase pukulan yang dilepaskan dan yang diterima. Dua nama lain yang sebanding dalam kategori ini adalah legenda Floyd Mayweather dan juara kelas ringan saat ini, Shakur Stevenson.
Sepanjang 21 pertarungan kariernya, Lomachenko rata-rata melontarkan 53,7 pukulan per ronde, dengan tingkat keberhasilan mendaratkan 35,6 persen dari pukulannya. Di sisi lain, ia berhasil membatasi lawan-lawannya hanya mendaratkan 18,4 persen dari pukulan mereka. Angka-angka ini menegaskan dominasi teknis dan pertahanan superiornya.
Penghormatan dari George Kambosos Jr.
Dalam sebuah kesempatan, George Kambosos Jr. mengungkapkan rasa hormatnya bisa berbagi ring dengan Lomachenko dalam pertarungan terakhir sang legenda. "Merupakan suatu kehormatan untuk bertinju dengan Lomachenko dalam pertarungan terakhir kariernya. Vasiliy Lomachenko adalah legenda dan manusia yang hebat," kata Kambosos menjelang kembalinya ke ring pada 14 Juni mendatang.
Pertarungan pada 12 Mei 2024 di RAC Arena, Perth, Australia, memperebutkan gelar kelas ringan IBO dan IBF yang kosong. Lomachenko menunjukkan kelasnya dengan menjatuhkan Kambosos melalui pukulan ke badan, meningkatkan tekanan, hingga wasit menghentikan pertarungan di ronde ke-11. Dalam pertarungan itu, Lomachenko membatasi Kambosos hanya pada tingkat keberhasilan 11 persen dalam mendaratkan pukulan, sementara Kambosos mendaratkan 37 persen dari total pukulannya.
"Saya merasa terhormat menjadi lawan terakhirnya. Membawanya ke Australia untuk pertarungan terakhirnya—pertarungan kejuaraan. Saya merinding mengingat betapa besarnya pertarungan itu, para penggemar, penonton—kami menghabiskan tiket di arena bersama-sama," imbuh Kambosos.
Lebih dari Sekadar Lawan: Ikatan Spiritual di Balik Layar
Yang menarik, di balik rivalitas sengit di atas ring, terungkap adanya ikatan spiritual antara kedua petinju. Kambosos menceritakan momen berkesan setelah sesi timbang badan, sehari sebelum pertarungan. Keduanya sama-sama mengenakan Kristogram IC XC, simbol Yesus Kristus dalam bahasa Yunani, di perlengkapan mereka.
"Ada momen yang menyenangkan [yang kami bagi] ketika kami melakukan sesi sarung tinju di balik layar, setelah penimbangan," kenang Kambosos. "Kami masuk, saling memandang, dan kami saling menatap lagi."
"Saya suka logo Anda," kata Kambosos, memecah keheningan. Lomachenko membalas, "Saya suka logo Anda. Kita berdua mewakili iman kita." Percakapan berlanjut tentang rencana bertemu di Gunung Athos, sebuah pusat penting bagi monastisisme Ortodoks Timur di Yunani. "Apakah Anda pernah ke Gunung Athos?" tanya Lomachenko kepada Kambosos. Kambosos, yang sibuk dengan tiga anak dan karier bertarung, belum sempat berkunjung. "Anda harus datang," ajak Lomachenko.
Kini dengan pensiunnya Lomachenko, Kambosos menatap masa depan kariernya sendiri, namun tetap memegang janji tersebut. "Saya masih punya beberapa tahun yang bagus dalam diri saya," katanya. "Tetapi kami bisa mengalahkannya di puncak Gunung Athos. Tentu saja, kami bertarung keesokan harinya, tetapi itu adalah momen yang menyenangkan. Mudah-mudahan saya bisa bertemu dengannya di sana seperti yang kita bicarakan."