BACA BERITA

Mengupas Sistem Nuklir Otomatis Dead Hand Rusia yang Membuat Amerika Serikat Gugup: Ancaman Kiamat bagi Penyerang

Author: matauang Category: Politik
Mengenal Sistem Dead Hand Rusia yang Mengancam Dunia
Dalam dinamika ketegangan global, sistem senjata rahasia Rusia yang dikenal sebagai Dead Hand atau Perimeter System kembali menarik perhatian dunia. Sistem ini merupakan mekanisme otomatis yang dirancang untuk merespons serangan nuklir secara otomatis, bahkan tanpa perintah manusia, jika dipicu oleh indikasi serangan besar-besaran.

Baru-baru ini, peluncuran rudal hipersonik Oreshnik oleh Rusia yang mampu melaju dengan kecepatan Mach 10—sepuluh kali kecepatan suara—menjadi sorotan. Rudal ini merupakan bagian dari perlengkapan strategis Rusia dalam memperkuat pertahanan nuklirnya, dan diklaim bisa membawa hulu ledak nuklir dalam jumlah besar.

Ketegangan Meningkat: Rusia dan Amerika Serikat

Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan internasional, terutama di AS. Pernyataan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, yang menyebut sistem nuklir otomatis Rusia, Dead Hand, menjadi sinyal keras bahwa Rusia tetap serius mempertahankan kemampuan pertahanan tersebut.

Respon AS tidak tinggal diam. Mereka mengerahkan dua kapal selam nuklir ke posisi strategis dekat perairan Rusia, meskipun lokasi pastinya dirahasiakan. Langkah ini dianggap sebagai langkah balasan dan bentuk kesiagaan menghadapi potensi eskalasi konflik.

Sementara itu, ketegangan memanas saat Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan pengerahan rudal Oreshnik, yang mampu menembus pertahanan musuh dengan kecepatan luar biasa dan membawa hulu ledak nuklir. Beberapa unit rudal ini bahkan ditempatkan di Belarus, memperkuat posisi strategis Rusia di dekat perbatasan Ukraina dan negara-negara NATO.

Apa Itu Sistem Dead Hand?

Dead Hand, secara resmi dikenal sebagai Perimeter System, adalah sistem otomatis yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada era 1980-an. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa Rusia mampu melakukan serangan balasan nuklir meskipun seluruh kepemimpinan nasional telah hancur dalam serangan mendadak.

Sistem ini memantau berbagai indikator seperti aktivitas seismik, tingkat radiasi, tekanan atmosfer, dan komunikasi militer. Jika sistem mendeteksi tanda-tanda serangan nuklir dan tidak menerima respons dari pusat komando, Dead Hand dapat secara otomatis mengirimkan sinyal peluncuran ke seluruh silo rudal nuklir Rusia.

Dalam beberapa versi, sistem ini menggunakan rudal perintah yang terbang melintasi wilayah Rusia sambil mengirimkan kode peluncuran ke seluruh unit nuklir. Dirancang sebagai 'mekanisme kiamat', Dead Hand bertujuan untuk mencegah serangan pertama dengan memberikan ancaman balasan yang tak terbendung—sebuah konsep yang dikenal sebagai doktrin mutual assured destruction (MAD).

Walaupun Rusia belum secara resmi mengonfirmasi keberadaan dan operasional sistem ini, banyak analis pertahanan meyakini bahwa Dead Hand masih aktif dan terus diperbarui dengan teknologi terbaru, termasuk kecerdasan buatan dan pengawasan satelit.

Kehadiran sistem ini menimbulkan kekhawatiran global karena sifatnya yang semi-otomatis dan minimnya keterlibatan manusia setelah diaktifkan. Jika terjadi kesalahan sensor atau gangguan teknis, risiko konflik nuklir tak terelakkan.

Respon Global dan Ketegangan Saat Ini

Ketegangan antara Rusia dan Barat memuncak menyusul pernyataan Medvedev yang menyebut sistem Dead Hand sebagai ancaman serius. Amerika Serikat pun merespons secara strategis dengan menempatkan kapal selam nuklir di posisi-komando strategis mereka.

Di tengah situasi ini, Presiden Putin menginstruksikan pengerahan rudal hipersonik Oreshnik yang mampu menembus pertahanan musuh dan membawa hulu ledak nuklir. Beberapa unit rudal ini telah ditempatkan di Belarus, memperkuat posisi Rusia di dekat wilayah Ukraina dan negara-negara NATO seperti Polandia dan Lituania.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa konflik di antara kedua negara semakin mendekati titik kritis, dengan kemungkinan eskalasi yang sangat tinggi.