Pada hari Senin, 21 Juli 2025, Kepolisian Pakistan mengumumkan penangkapan sebelas individu terkait sebuah video yang memperlihatkan aksi pembunuhan yang diduga dilakukan demi menjaga kehormatan keluarga, atau dikenal sebagai "honour killing". Peristiwa ini terjadi di wilayah provinsi Balochistan dan telah menimbulkan kecaman luas dari masyarakat internasional.
Kasus ini bermula dari viralnya rekaman yang menunjukkan seorang wanita dan pria ditembak mati di sebuah padang pasir. Dalam video tersebut, wanita yang tidak diidentifikasi itu tampak menyerahkan Al-Qur'an sebelum mengajak pria tersebut berjalan beberapa langkah, lalu mengarahkan pistol ke dirinya dan menembaknya. Pria yang mengikuti wanita tersebut juga terlihat menembakkan senjata ke arah wanita dan pria lain yang muncul kemudian.
Otoritas setempat menyatakan bahwa kejadian tersebut terjadi bulan lalu dan dipicu oleh keputusan keluarga yang menilai hubungan pasangan tersebut melanggar norma adat dan moral. Setelah video ini menyebar luas, polisi langsung melakukan penyelidikan dan berhasil mengidentifikasi serta menangkap para pelaku.
Sarfraz Bugti, Kepala Menteri Provinsi Balochistan, menyatakan bahwa semua tersangka akan dikenai proses hukum. Ia juga menegaskan bahwa kasus ini sudah didaftarkan dan semua pihak yang terlibat akan diadili sesuai hukum yang berlaku.
Rekaman video tersebut menimbulkan kemarahan dari berbagai kalangan di Pakistan, termasuk organisasi masyarakat sipil, tokoh agama, dan politisi, yang menyerukan pemberian hukuman berat terhadap pelaku. Kasus ini menjadi bagian dari lonjakan angka pembunuhan "honour killing" di negara tersebut, yang menurut data Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan, mencapai minimal 405 kasus pada tahun 2024.
Sejarah kasus "honour killing" di Pakistan menunjukkan bahwa insiden semacam ini sering terjadi di berbagai wilayah, terutama di komunitas konservatif yang menentang pernikahan di luar kehendak keluarga. Beberapa kasus yang terkenal termasuk pembunuhan tragis terhadap perempuan yang berani menentang norma sosial, seperti Samia Sarwar pada 1999, Farzana Parveen pada 2014, dan Samia Shahid pada 2016, yang seluruhnya mencerminkan budaya kekerasan yang masih marak.
Selain itu, kasus-kasus ekstrem lain, seperti video Kohistan yang menampilkan pembunuhan massal terhadap perempuan yang dianggap melanggar norma, serta insiden terbaru seperti penembakan terhadap remaja TikTok berusia 16 tahun oleh ayahnya di Rawalpindi, menunjukkan bahwa kekerasan berbasis "honour killing" tetap menjadi masalah serius di Pakistan.
Kasus ini menjadi pengingat akan perlunya penegakan hukum yang tegas dan perubahan budaya untuk mengakhiri praktik kejam ini. Pemerintah dan masyarakat internasional terus mendesak agar keadilan ditegakkan dan korban dilindungi dari kekerasan yang didasarkan pada norma sosial yang usang dan diskriminatif.