BACA BERITA

Pasar Menanti Data Ekonomi dan Pilpres AS, Harga Emas Menguat

Author: matauang Category: Keuangan

Harga emas menguat menuju rekor tertingginya seiring dengan sikap pasar memantau rilis data penting yang akan membantu menentukan keputusan kebijakan Federal Reserve atau The Fed, sementara hitungan mundur menuju pemilihan presiden AS terus berlanjut. Mengutip Bloomberg pada Selasa (29/10/2024), harga emas batangan di pasar spot naik 0,5% ke level US$2.756,45 per troy ounce karena investor menunggu angka inflasi dan gaji minggu ini, dengan laporan yang menunjukkan ketahanan dalam perekonomian dan gangguan di pasar tenaga kerja setelah dua badai besar kemungkinan berdampak pada pertumbuhan lapangan kerja. Para ekonom masih memperkirakan para pengambil kebijakan akan menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada pertemuan 6—7 November. Biaya pinjaman yang lebih rendah biasanya berdampak negatif pada logam yang tidak memberikan imbal hasil. Harga emas telah melonjak sekitar sepertiganya tahun ini, mencatat rekor tertinggi tepat di bawah $2.760 pada minggu lalu, karena pembelian bank sentral dan permintaan aset safe haven yang berkelanjutan.

Sementara itu, mengutip Reuters, Commodity Strategist di TD Securities Daniel Ghali optimistis target harga emas pada US$2.800 dapat dicapai pekan ini. "Harapan kami adalah bahwa pemilu sebenarnya menghambat minat untuk melakukan aktivitas penjualan dan oleh karena itu katalis apa pun untuk aktivitas pembelian kemungkinan akan memiliki dampak yang lebih besar," katanya. Menjelang pemilu AS pada tanggal 5 November, Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump terjebak dalam pertarungan sengit untuk memenangkan beberapa negara bagian yang lebih kompetitif. Sementara itu, Analis StoneX, Rhona O'Connell dalam laporannya mengatakan, emas masih dalam mode buy-on-dips dan sementara beberapa calon investor telah memperkirakan penurunan di atas US$200, penurunan tersebut tidak muncul karena investor lain sedang melakukan koreksi. "Meskipun salah satu elemen kunci dari risiko geopolitik tahun ini adalah banyaknya pemilu dengan lebih dari separuh pemilih di dunia memiliki kesempatan untuk memilih, ketidakpastian tidak akan hilang hanya karena pemilu telah selesai," ujarnya.