BACA BERITA

Perdamaian di Perbatasan: Thailand dan Kamboja Sepakati Langkah Baru untuk Hentikan Konflik

Author: matauang Category: Politik
Kuala Lumpur, Malaysia – Setelah melalui negosiasi intensif selama empat hari di bawah mediasi ASEAN, Thailand dan Kamboja akhirnya menyepakati perpanjangan gencatan senjata untuk meredakan ketegangan di perbatasan yang telah lama diperdebatkan.

Kesepakatan ini diumumkan pada Kamis, 7 Agustus 2025, menyusul konflik bersenjata yang meletus pada akhir Juli dan menyebabkan puluhan korban jiwa serta ribuan warga mengungsi.

Latar Belakang Konflik

Bentrok bersenjata antara kedua negara terjadi pada 23 Juli 2025, dipicu oleh ketegangan lama atas wilayah sekitar kuil kuno Prasat Preah Vihear. Meski Mahkamah Internasional telah menetapkan bahwa kuil tersebut milik Kamboja, status wilayah di sekitarnya masih belum terselesaikan, menjadi pemicu utama pertikaian.

Ledakan ranjau yang melukai lima tentara Thailand menjadi pemicu eskalasi. Dalam waktu lima hari, lebih dari 40 orang, termasuk warga sipil, dilaporkan tewas dalam baku tembak dan serangan artileri.

Kesepakatan Gencatan Senjata Baru

Dalam pertemuan yang dimediasi langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan didukung oleh pengamat dari Tiongkok serta Amerika Serikat, Thailand dan Kamboja menyetujui protokol gencatan senjata yang lebih rinci dari sebelumnya.

Perjanjian ini mencakup 13 poin penting, termasuk:

  • Penghentian total aksi militer tanpa syarat di seluruh perbatasan

  • Perlindungan penuh terhadap warga sipil dan fasilitas umum

  • Pembekuan pergerakan dan penambahan pasukan militer

  • Pemulangan warga yang mengungsi

  • Pembentukan tim koordinasi bilateral untuk respons cepat

  • Larangan penyebaran informasi provokatif di media atau media sosial

Komitmen Membangun Kepercayaan

Menteri Pertahanan Kamboja, Jenderal Tea Seiha, menekankan bahwa tujuan utama dari perpanjangan gencatan senjata ini adalah menyelamatkan warga sipil dan membangun kepercayaan antara kedua negara.

“Kami tidak hanya ingin menghentikan tembakan, tetapi juga membuka jalan bagi perdamaian yang nyata dan berkelanjutan,” ujar Seiha dalam konferensi pers.

Wakil Menteri Pertahanan Thailand, Jenderal Nattaphon Narkphanit, juga menyatakan bahwa kedua negara akan melibatkan pemantau independen dari ASEAN dalam implementasi gencatan senjata, sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas.

Peran ASEAN dan Komunitas Internasional

Sebagai pemegang ketua ASEAN tahun ini, Malaysia akan memimpin tim pemantau sementara yang akan berkantor di Thailand dan Kamboja. Misi ini menjadi langkah awal sebelum terbentuknya pengawasan formal jangka panjang.

Langkah ini disambut baik oleh komunitas internasional. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebutnya sebagai "kemajuan besar untuk stabilitas regional." Sementara itu, peran diplomatik aktif Presiden AS Donald Trump dalam mendukung proses damai mendapat pujian dari pihak Kamboja.

Putaran perundingan lanjutan telah dijadwalkan sebulan mendatang guna mengevaluasi implementasi kesepakatan dan memperkuat komitmen jangka panjang.

Kedua negara menegaskan bahwa penyelesaian damai hanya dapat dicapai melalui dialog terbuka, penghormatan terhadap hukum internasional, dan kemauan politik yang kuat dari kedua belah pihak.