Matauang.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengajak negara-negara anggota Developing Eight ( D-8 ) untuk berkolaborasi memanfaatkan potensi ekonomi biru. Salah satu strateginya, ia mengusulkan, adalah membentuk Preferential Trade Agreements.
Dalam pidatonya di KTT D-8 ke-11 yang diselenggarakan di Istana Kepresidenan, Ibu Kota Administratif Baru, Kairo, Mesir, pada Kamis, 19 Desember 2024, Prabowo menyoroti potensi ekonomi blok tersebut. Ia menyoroti posisi kelompok tersebut sebagai blok ekonomi terbesar ketiga di dunia dan proyeksi peringkatnya di antara 25 ekonomi teratas pada tahun 2050.
“Salah satu potensi terbesar kita yang belum dimanfaatkan adalah sumber daya maritim bersama. Dengan akses ke samudra-samudra utama dunia seperti Atlantik, Mediterania, Hindia, dan Pasifik, semua negara D-8 memiliki posisi unik untuk memanfaatkan manfaat dan sumber daya ekonomi biru,” kata Prabowo, seperti dikutip dalam video YouTube oleh @egyptianpresidency.
Menurut Prabowo, negara-negara anggota D-8 harus memanfaatkan potensi ini. Mengacu pada nilai industri perikanan global yang mencapai US$600 miliar, ia berpendapat bahwa upaya yang terfokus pada ekonomi biru dapat memperkuat perekonomian negara-negara anggota D-8.
Namun, untuk mewujudkan manfaat nyata bagi warga negaranya, Prabowo mengusulkan agar anggota D-8 memperdalam integrasi dan kerja sama ekonomi. Ia menganjurkan penerapan Perjanjian Perdagangan Preferensial, yang melibatkan pengurangan atau penghapusan tarif dan hambatan nontarif antara negara-negara peserta.
Selain itu, Prabowo mengusulkan penciptaan prosedur kepabeanan yang lebih ramping dan terintegrasi untuk perdagangan, serta pengembangan rantai nilai halal.
Di luar kerja sama ekonomi, ia membayangkan D-8 sebagai gerakan global Selatan, yang memperjuangkan tatanan global yang lebih adil dan setara. “Kita harus bekerja sama untuk bersatu dan mengatasi perbedaan kita. Kita harus memprioritaskan kebaikan kolektif rakyat kita,” imbuhnya.
Ia menekankan bahwa tanpa persatuan, D-8 akan menjadi lebih lemah dan lebih rentan terhadap eksploitasi. Ia juga mengusulkan untuk mengundang lebih banyak negara untuk bergabung dengan kelompok tersebut guna memperkuat posisinya.
“Sekali lagi, kita harus belajar dari situasi geopolitik saat ini. Tanpa persatuan, tanpa mengatasi perbedaan, kita tidak akan kuat,” tegasnya.
Ia lebih jauh menyoroti pentingnya solidaritas dalam mendukung perjuangan Palestina. “Kita katakan kita mendukung Palestina. Namun jika kita lemah, bagaimana kita bisa mendukung Palestina? Oleh karena itu, Yang Mulia, mari kita tingkatkan kolaborasi kita.”
Negara anggota D-8 meliputi Indonesia, Mesir, Bangladesh, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki.