Jakarta – Presiden Prabowo Subianto berencana untuk memberikan peluang pekerjaan bagi orang miskin yang berada dalam usia produktif. Rencana ini dilakukan setelah penyusunan data tunggal penerima bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai (BLT) selesai dilakukan. Data tersebut saat ini tengah disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggabungkan informasi dari berbagai kementerian dan lembaga terkait.
Penyusunan Data Tunggal untuk Menyasar Orang Miskin
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa karakteristik orang miskin di Indonesia akan menentukan jenis bantuan atau program yang akan diberikan. Dalam konferensi pers yang digelar di Menara Danareksa, Jakarta Pusat, pada Jumat (22/11), Amalia membagi orang miskin di Indonesia menjadi dua kelompok besar.
1. Orang Miskin Usia Produktif yang Tidak Bisa Bekerja
Kelompok pertama adalah orang miskin yang berada pada usia kerja atau usia produktif, namun tidak mampu bekerja karena berbagai kendala, seperti kurangnya keterampilan atau peluang pekerjaan yang terbatas.
"Maka nanti akan digunakan oleh Pak Budiman (Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko) dan Pak Mensos (Menteri Sosial Saifullah Yusuf) untuk merancang program-program yang bertujuan agar mereka bisa bekerja dan memperoleh pendapatan yang lebih layak," ungkap Amalia.
Dia menegaskan bahwa dengan program ini, diharapkan orang miskin yang masih berada di usia produktif bisa keluar dari kemiskinan.
2. Orang Miskin yang Sudah Tidak Mampu Bekerja karena Usia Tua
Kelompok kedua adalah orang miskin yang sudah tidak mampu bekerja karena usia lanjut. Untuk kelompok ini, Amalia menekankan bahwa bentuk program pengentasan kemiskinan yang diberikan akan berbeda, menyesuaikan dengan kondisi fisik dan kebutuhan mereka.
Pentingnya Penyusunan Data Tunggal
Amalia, yang akrab disapa Winny, menambahkan bahwa penyusunan data tunggal ini bertujuan untuk memahami dengan lebih jelas karakteristik orang miskin di Indonesia, termasuk sektor tempat mereka bekerja atau beraktivitas.
"Data tunggal ini akan menjadi input berharga bagi para menteri Kabinet Merah Putih dan Kepala BP Taskin untuk menyusun program-program yang lebih tepat sasaran," tutur Winny.
Penyusunan data tunggal ini juga akan melibatkan tata kelola yang lebih baik, seperti siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana proses pembaruan data tersebut ke depannya.
Harapan untuk Kemiskinan yang Lebih Teratasi
Winny menegaskan bahwa pemerintah akan melanjutkan pembahasan terkait tata kelola data tunggal ini. Hal ini penting agar bantuan sosial dan program pengentasan kemiskinan bisa lebih efektif dan tepat sasaran, serta membantu lebih banyak orang miskin, terutama yang berada di usia produktif, untuk keluar dari jeratan kemiskinan.
"Penyusunan data tunggal ini penting, karena kami ingin memastikan bahwa program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan benar-benar menjangkau mereka yang membutuhkan," tandasnya.