Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menyatakan keberatannya terhadap rencana militer Israel untuk merebut kembali penguasaan Kota Gaza. Dalam pernyataannya, Hamas menilai langkah tersebut sebagai bentuk pengabaian terhadap upaya mediasi yang dilakukan oleh negara-negara Arab maupun komunitas internasional dalam usahanya menenangkan situasi konflik yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun.
Hamas menegaskan bahwa pengumuman militer Israel terkait operasi yang mereka sebut sebagai "Operasi Gideon 2" merupakan eskalasi serius dalam konflik berkepanjangan tersebut. Mereka menyatakan bahwa tindakan ini mengabaikan semua upaya diplomasi dan mediasi yang sedang berlangsung untuk menghentikan kekerasan di Gaza.
Tanggapan Militer Israel dan Persiapan Operasi
Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz, telah menyetujui rencana militer untuk merebut kembali Kota Gaza dan memerintahkan penarikan 60.000 pasukan cadangan guna mendukung operasi tersebut. Rencana ini muncul di tengah ketidakpastian mengenai tanggapan resmi Israel terhadap usulan gencatan senjata yang diajukan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun.
Hamas menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai penghalang utama dalam proses perdamaian dan pembebasan sandera. Mereka menilai bahwa Netanyahu enggan menanggapi usulan mediasi dan justru memperkuat kekerasan di Gaza, tanpa memperhatikan nyawa para sandera yang ditawan.
Perkembangan Negosiasi dan Upaya Damai
Sejak pecahnya perang besar pada Oktober 2023, berbagai pihak, termasuk Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, telah melakukan berbagai upaya mediasi untuk meredakan ketegangan. Beberapa hasil sementara berupa pertukaran sandera dan tahanan, namun belum ada solusi definitif yang mampu mengakhiri konflik secara menyeluruh.
Pada pekan lalu, Hamas menyampaikan persetujuan terhadap usulan gencatan senjata baru yang diajukan oleh negara-negara mediatori, sementara Mesir menegaskan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Israel. Hamas memperingatkan bahwa Israel dan Amerika Serikat memikul tanggung jawab penuh atas dampak dari operasi militer yang sedang direncanakan.
Situasi Terkini dan Prospek Kedepan
Konflik yang berlangsung terus memanas, dan ketegangan di Gaza semakin meningkat. Upaya diplomasi masih terus dilakukan, namun ketidakpastian tetap tinggi, sementara ancaman militer dari Israel terus mengintai. Dunia internasional pun mengawasi perkembangan ini dengan cemas, berharap agar solusi damai segera tercapai demi menghindari korban lebih banyak di kedua belah pihak.