Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berharap perekonomian Jepang dan Inggris akan segera bangkit pada tahun 2024 ini. Sebagaimana diketahui, kedua negara maju itu saat ini tengah dilanda resesi, usai ekonominya terkontraksi selama dua kuartal pada 2023.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan, saat ini pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan situasi Jepang dan Inggris selama resesi menimpa.
“Memang lihat bahwa di dalam dua kuartal terakhir, Jepang dan Inggris itu masing-masing mengalami pertumbuhan ekonomi negatif secara quarter on quarter. Nah ini secara teknikal disebut sebagai terjadinya resesi,” kata Suahasil, dalam konferensi pers APBN KiTa, yang digelar secara virtual, pada Kamis
Suahasil menuturkan, pemerintah saat ini berharap bahwa perekonomian Jepang pada 2024 akan kembali ke teritori positif, usai terkontraksi 0,8% di kuartal III-2023 dan minus 0,1% di kuartal IV-2023.
“Estimasi dari IMF mengatakan 2024 perekonomian Jepang itu akan bisa tumbuh 0,9%. Nah ini tentukan kita pantau terus situasi seperti apa karena Jepang kan salah satu tempat kita mengekspor cukup banyak dan juga salah satu sumber dari modal Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia,” ungkapnya.
Imbas menurunnya perekonomian Jepang tercermin pada ekspor nonmigas dari Indonesia ke negara sakura tersebut. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang sebesar US$ 18,88 miliar dengan kontribusi 7,78% sepanjang Januari-Desember 2023. Nilai ekspor itu menurun 22,48% dari tahun 2022 yang mencapai US$ 23,19 miliar.
Begitupun dengan Inggris yang perekonomiannya terkontraksi secara quarter on quarter (qtq) yakni minus 0,1% pada kuartal III-2023 dan minus 0,3% di kuartal IV-2023. Suahasil menuturkan, pemerintah juga berharap perekonomian Inggris bisa pulih di tahun ini.
“Kita juga berharap kalau kita lihat lagi estimasi dari IMF di tahun 2024, perekonomian Inggris itu kita harapkan akan kembali menguat, yaitu menguat tipis balik ke teritori positif sekitar 0,6%,” ujar dia.
Suahasil pun menekankan, Indonesia berharap pelemahan ekonomi kedua negara maju tersebut akan berlangsung sementara. "Jadi kita berharap bahwa kontraksi-kontraksi di Jepang dan Inggris itu sifatnya temporary. Namun tetap kita akan lihat bagaimana situasi di 2024 ini,” tukas dia.