Tel Aviv, 28 Agustus 2025 – Ribuan warga Israel turun ke jalan dan memblokade sejumlah ruas utama di Tel Aviv pada Selasa (26/8) sebagai bentuk protes terhadap berlarutnya konflik militer di Jalur Gaza. Aksi ini juga menjadi desakan agar pemerintah segera menyelesaikan krisis penyanderaan yang belum kunjung terselesaikan.
Demonstrasi besar ini diprakarsai oleh Forum Sandera dan Keluarga yang Hilang, organisasi yang terdiri atas keluarga para korban penyanderaan oleh kelompok Hamas. Aksi dipusatkan di depan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu serta di sejumlah titik vital, termasuk di luar rumah beberapa menteri.
Para demonstran menyuarakan kemarahan atas apa yang mereka sebut sebagai kebijakan "tanpa arah" pemerintah dalam menangani konflik Gaza. Mereka menilai, alih-alih fokus menyelamatkan para sandera, pemerintah justru lebih mengutamakan pendekatan militer dan agenda politik internal.
Seruan Emosional dari Keluarga Sandera
Dalam aksi yang juga berlangsung di Hostages Square, keluarga para sandera menyampaikan pernyataan yang penuh emosi. Salah satunya adalah Einav Zangauker, ibu dari Matan Zangauker, yang menegaskan bahwa perang yang telah berlangsung hampir dua tahun tak lagi memiliki kejelasan tujuan.
"Setelah 690 hari, jelas bahwa Perdana Menteri kita lebih takut pada tekanan publik daripada kehilangan nyawa warga negaranya sendiri," kata Einav.
Hal senada diungkapkan oleh Itzik Horn, ayah dari sandera bernama Eitan Horn, yang menuduh pemerintah secara sengaja menggagalkan kesepakatan pembebasan. "Ini bukan sekadar kegagalan politik, melainkan bentuk nyata pengingkaran terhadap tanggung jawab moral negara," ujarnya.
Aksi protes juga diwarnai pembakaran ban dan blokade jalan. Para peserta membawa bendera Israel dan poster-poster yang mengecam kepemimpinan Netanyahu.
Pemerintah Tetap Siapkan Serangan Baru
Di tengah meningkatnya tekanan publik, pemerintah Israel justru menyetujui rencana militer baru untuk memperkuat operasi di Gaza. Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyatakan pihaknya telah menyiapkan hingga 60.000 tentara cadangan untuk mendukung rencana pendudukan penuh atas Kota Gaza.
Langkah ini termasuk memperpanjang masa tugas 20.000 tentara cadangan yang telah lebih dulu dikerahkan.
Rencana ofensif ini disebut sebagai bagian dari strategi baru untuk mempercepat penguasaan wilayah Gaza yang dinilai memiliki nilai strategis tinggi, terutama karena letaknya di pesisir Laut Tengah.
Negosiasi Hamas–Israel Mandek
Sementara itu, upaya diplomatik yang difasilitasi oleh Amerika Serikat kembali menemui jalan buntu. Hamas sempat menawarkan pembebasan sebagian sandera sebagai bagian dari kesepakatan awal, namun pemerintah Israel menolak, bersikeras agar semua sandera dibebaskan sekaligus.
Perbedaan pendekatan ini membuat proses negosiasi stagnan, memperburuk ketidakpastian dan ketegangan politik di dalam negeri.
Aksi Nasional Belum Menunjukkan Tanda Mereda
Menurut laporan media lokal, demonstrasi diperkirakan akan terus berlanjut hingga malam hari, dengan puncaknya berupa pawai akbar dari Stasiun Kereta Savidor menuju Hostages Square, pusat pergerakan protes di Tel Aviv.
Hingga kini, belum ada kepastian kapan gelombang aksi akan berakhir, namun tekanan terhadap pemerintahan Netanyahu diperkirakan akan terus meningkat jika tidak ada langkah konkret untuk mengakhiri konflik Gaza dan menyelamatkan para sandera.