Matauang.com - Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta prediksi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS bisa menguat di bawah 16.000 atau di kisaran 15.900 pada kuartal tiga 2024.
Pergerakan Rupiah, menurut Rangga sangat bergantung pada pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
"Ekspektasi The Fed memangkas suku bunga pada akhir tahun ini. Bulan lalu market ekspektasi apa penurunan 2-3 kali. Prediksi market sekarang The Fed akan melakukan penurunan hingga 5 kali. Semakin besar harapan pemangkasan. Sisa 3 meeting The Fed kemungkinan akan memotong lebih besar dari 25 basis poin," ujar Rangga, dalam acara Mandiri Sekuritas Economic and Market Outlook.
Meskipun Rupiah diproyeksikan menguat pada kuartal tiga, Rangga memperkirakan nilai tukar rupiah akan kembali di level Rp 16.000 pada kuartal IV. Dia menuturkan, pada periode tersebut, nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan dari dalam dan luar negeri.
Adapun jika The Fed melanjutkan penurunan suku bunga hingga semester pertama 2025, maka Rupiah akan kembali menguat.
Dari luar negeri, Rangga menuturkan nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan dari Pemilu AS. Salah satunya survei yang menunjukkan calon presiden AS dari Republik, Donald Trump mengungguli bakal calon dari Demokrat, Kamala Harris.
"Ini menimbulkan kekhawatiran Amerika akan agresif terhadap China. Kita tahu kita ekspor ke China itu hampir 25 persen. Jadi kalau ekonomi China makin terganggu, pasti ekspor kita ke sana juga terganggu,” ujar dia.
Sedangkan dari dalam negeri penyebabnya adalah peralihan pemerintahan baru seperti pengumuman kabinet terkait ekonomi dan kebijakan ekonominya.
Rupiah Perkasa Hari Ini Usai Cadangan Devisi RI Tembus Rp 2.343 Triliun
Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu menguat didukung peningkatan cadangan devisa Republik Indonesia (RI) pada Juli 2024.
Pada awal perdagangan Rabu pagi, kurs rupiah naik 16 poin atau 0,10 persen menjadi 16.149 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.165 per dolar AS.
"Secara standar internasional masih cukup sehat di mana cadangan devisa mampu meng-cover lebih dari tiga bulan pembayaran impor dan utang luar negeri," kata Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova dikutip dari Antara.
Namun, melihat perkembangan akhir-akhir ini dimana telah terjadi guncangan di pasar keuangan pada Senin kemarin dan tren penurunan surplus neraca perdagangan, maka ketahanan eksternal masih sangat mengkhawatirkan pasar.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2024 mencapai sebesar 145,4 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2024 sebesar 140,2 miliar dolar AS.
Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.
Menurut Bank Indonesia (BI), posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Cadangan Devisi RI Tembus Rp 2.343 Triliun pada Juli 2024
Pada akhir Juli 2024, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar USD 145,4 miliar atau setara dengan Rp 2.343 triliun, meningkat signifikan dari posisi akhir Juni 2024 yang sebesar USD 140,2 miliar. Peningkatan cadangan devisa ini terutama didorong oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.
Dikutip dari laporan Bank Indonesia, posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 ini cukup untuk membiayai 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Angka ini jauh di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa yang tinggi ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan.
Prospek Positif untuk Cadangan Devisa ke Depan
Bank Indonesia memperkirakan bahwa cadangan devisa (Cadev) akan tetap memadai di masa mendatang, mendukung ketahanan sektor eksternal.
Prospek ekspor yang positif serta surplus neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap terjaga berkat persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.