BACA BERITA

Rupiah Ditutup Melemah, Parkir di Level Rp16.305 per Dolar AS

Author: matauang Category: Keuangan

Rupiah Ditutup Melemah, Parkir di Level Rp16.305 per Dolar AS

Mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (31/1/2025) di tengah penguatan indeks dolar Amerika Serikat. Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 49 poin atau 0,301% ke level Rp16.305 per dolar AS. Rupiah merosot dari posisi Rp16.256 pada akhir perdagangan Kamis (30/1/2025). Sepanjang Januari 2025, rupiah sudah terdepresiasi 1,06% terhadap dolar AS dari posisi akhir 2024. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,406% ke 108,203. Sepanjang tahun berjalan 2025, indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS di hadapan sekeranjang mata uang utama itu sempat menyentuh level tertinggi 109,65 pada 10 Januari 2025.

Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang di Asia melemah terhadap dolar AS. Nilai tukar yen Jepang melemah 0,213%, dolar Hong Kong melemah 0,015%, dan won Korea Selatan terdepresiasi 0,5%. Di Asean, dolar Singapura melemah 0,117%, peso Filipina merosot 0,08%, ringgit Malaysia melemah 1,32%, dan baht Thailand menguat 0,04% terhadap dolar AS pada sore ini.

Sebelumnya, pengamat forex Ibrahim Assuaibi memprediksi pelemahan rupiah akan terus berlanjut. Dia memperkirakan bahwa rupiah akan mengalami fluktuasi, tetapi ditutup melemah di kisaran Rp16.240-Rp16.300 per dolar AS pada hari ini. Pelemahan rupiah terjadi seiring dengan menguatnya indeks dolar AS. Menurut Ibrahim, pergerakan kurs dipengaruhi oleh sentimen investor terhadap kebijakan bank sentral AS, yakni Federal Reserve atau The Fed. Pada 30 Januari 2025, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 4,25% - 4,5%. Namun, investor masih mencermati sentimen hawkish, yakni proyeksi bahwa suku bunga akan tetap tinggi berdasarkan hasil pertemuan tersebut. Ibrahim menilai bahwa keputusan mempertahankan suku bunga acuan menunjukkan bahwa The Fed cenderung menahan kebijakan untuk sementara waktu. “Mereka menunggu perkembangan inflasi lebih lanjut, data ketenagakerjaan, serta kejelasan dampak kebijakan Presiden Donald Trump,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Kamis (31/1/2025). Pejabat The Fed juga menegaskan komitmen untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat hingga ada keyakinan lebih kuat bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2%. Di sisi lain, mata uang Asia turut mengalami tekanan akibat ketidakpastian kebijakan tarif yang akan diterapkan Trump yang diperkirakan bakal memberlakukan tarif 25% terhadap impor dari Kanada dan Meksiko mulai akhir pekan ini.