Nilai tukar rupiah pada hari Kamis (21/11) ditutup di posisi Rp15.930 per dolar AS, mengalami penurunan sebesar 60 poin atau 0,38 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada saat yang sama, kurs referensi Bank Indonesia (BI) yang dikenal dengan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatatkan rupiah berada di posisi Rp15.942 per dolar AS pada perdagangan sore ini.
Pergerakan Mata Uang Asia dan Dunia
Di pasar mata uang Asia, pergerakan bervariasi. Beberapa mata uang mengalami penguatan, antara lain:
- Dolar Singapura naik 0,02 persen
- Baht Thailand menguat 0,14 persen
- Yuan China naik 0,08 persen
- Yen Jepang menguat 0,39 persen
Sementara itu, peso Filipina justru melemah sebesar 0,21 persen.
Di sisi lain, sebagian besar mata uang negara maju mengalami penguatan, seperti:
- Euro turun tipis 0,08 persen
- Franc Swiss naik 0,09 persen
- Dolar Kanada menguat 0,12 persen
- Dolar Australia naik 0,17 persen
Faktor Penyebab Melemahnya Rupiah
Lukman Leong, seorang pengamat komoditas dan mata uang, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh rilis data neraca transaksi berjalan Indonesia. Berdasarkan data tersebut, Indonesia tercatat mengalami defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III sebesar US$2,2 miliar, yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya yang hanya US$1,5 miliar.
Kesimpulan
Pelemahan rupiah ini menunjukkan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga keseimbangan transaksi internasionalnya. Penurunan ini juga mencerminkan dinamika pasar global yang berfluktuasi, di mana faktor-faktor eksternal dan data ekonomi domestik berperan penting dalam pergerakan mata uang.