BACA BERITA

Rupiah tertekan dolar AS menjelang pertemuan FOMC

Author: matauang Category: Keuangan
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mengalami tekanan menjelang pertemuan penting dari Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada Desember 2024. Sebagai bank sentral Amerika Serikat, keputusan yang akan diambil oleh FOMC terkait suku bunga acuan sangat berpotensi mempengaruhi pergerakan mata uang global, termasuk rupiah.

Kondisi ini menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan, dengan para pelaku pasar memperhatikan dengan seksama pernyataan dan kebijakan yang akan diambil oleh The Federal Reserve dalam mengatasi inflasi dan menjaga kestabilan ekonomi AS. Pada saat yang sama, para investor juga menilai dampak potensial bagi pasar emerging markets, termasuk Indonesia, yang sangat bergantung pada arus modal asing.

Kondisi Rupiah Terhadap Dolar AS

Pada awal pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan, menyentuh angka yang lebih rendah dibandingkan pekan-pekan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan peningkatan tekanan global yang dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, terutama kebijakan suku bunga dari The Federal Reserve.

Menurut data terbaru, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 16.200 hingga Rp 16.400 per dolar AS, meskipun dalam beberapa bulan terakhir rupiah sempat stabil pada angka yang lebih baik. Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran pasar menjelang keputusan penting dari FOMC terkait arah kebijakan moneter ke depan.

FOMC dan Dampaknya pada Pasar Global

FOMC adalah badan yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan moneter Amerika Serikat, termasuk keputusan terkait suku bunga acuan atau Federal Funds Rate (FFR). Ketika FOMC memutuskan untuk menaikkan suku bunga, dolar AS cenderung menguat karena imbal hasil yang lebih tinggi menjadi daya tarik bagi investor global. Sebaliknya, ketika FOMC menurunkan suku bunga, dolar AS bisa mengalami pelemahan, karena imbal hasil yang lebih rendah dapat membuat instrumen investasi berbasis dolar menjadi kurang menarik.

Pada Desember 2024, meskipun inflasi di AS telah menunjukkan tanda-tanda penurunan, pasar masih mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve. Jika suku bunga kembali dinaikkan, dolar AS diperkirakan akan semakin menguat, dan ini tentu akan memberikan tekanan lebih lanjut bagi mata uang-mata uang dunia, termasuk rupiah.

Kekhawatiran Pasar Terhadap Dampak Kebijakan The Fed

Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, kebijakan moneter AS memiliki dampak yang sangat besar, terutama terkait dengan aliran investasi asing dan biaya utang luar negeri. Jika dolar AS menguat, maka investor asing mungkin akan lebih tertarik untuk menempatkan dana mereka di aset yang denominasi dalam dolar, seperti obligasi AS atau saham-saham perusahaan besar di Wall Street. Hal ini bisa menyebabkan keluar masuknya modal yang lebih volatil di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Rupiah

Selain dampak dari kebijakan moneter AS, ada sejumlah faktor domestik yang turut berperan dalam pergerakan nilai tukar rupiah, antara lain:

  1. Kinerja Ekonomi Indonesia Meskipun ekonomi Indonesia menunjukkan angka pertumbuhan yang stabil dan relatif sehat, faktor eksternal yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter global dan ketegangan geopolitik tetap menjadi tantangan besar. Permintaan terhadap ekspor Indonesia, terutama komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), dan produk manufaktur, sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.

  2. Tingkat Inflasi di Indonesia Inflasi Indonesia juga dapat mempengaruhi daya tarik investasi asing dan stabilitas nilai tukar rupiah. Meskipun Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan inflasi, lonjakan harga bahan pangan atau energi dapat meningkatkan ketidakpastian ekonomi domestik.

  3. Aliran Modal Asing Indonesia sangat bergantung pada aliran investasi asing langsung (FDI) dan investasi portofolio untuk mendukung sektor-sektor penting seperti infrastruktur, manufaktur, dan pasar modal. Ketidakpastian global yang disebabkan oleh kebijakan moneter AS dapat mempengaruhi keputusan investor asing, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah.