Jet tempur Chengdu J-10C, penciptaan terkini dari industri pertahanan Cina, jadi kabar utama dunia sehabis digunakan oleh Pakistan buat menjatuhkan sebagian pesawat India, tercantum jet tempur mutahir Dassault Rafale buatan Perancis, pada Rabu( 7/ 5/ 2025).
Insiden ini tidak cuma mencuri atensi publik, tetapi pula mendesak lonjakan harga saham industri pembuatnya. Sebagaimana diberitakan Business Insider, Sabtu( 10/ 5/ 2025), saham Chengdu Aircraft Company melonjak lebih dari 30 persen di Bursa Saham Shenzhen sehabis berita keberhasilan J- 10C di medan tempur tersebar
Investor memperhitungkan keberhasilan ini selaku validasi keahlian tempur jet tersebut, yang sepanjang ini belum banyak diuji dalam konflik nyata. J-10C tidaklah pesawat tempur generasi kelima semacam J- 20, jet siluman kepunyaan Cina.
Tetapi, sebab biayanya yang lebih terjangkau, perawatan yang lebih simpel, serta kemampuannya yang lumayan besar, J-10C ditatap selaku produk ekspor sangat menarik dari Cina di zona pertahanan. Dengan radar AESA, rudal jarak jauh PL- 15, dan sistem avionik modern, J-10C sanggup bersaing dengan jet tempur Barat semacam F-16 serta Gripen.
Keberhasilannya menumbangkan Rafale, yang diketahui mahal serta mutahir, meyakinkan kalau pesawat ini bukan semata- mata alternatif murah, melainkan penantang sungguh- sungguh di pasar global. Pengamat Pertahanan dari Kings College London, David Jordan, menyebut J- 10C dapat jadi" ancaman nyata" untuk dominasi produsen pesawat tempur Barat.
Bila tren ini bersinambung, negara- negara tumbuh dapat bergeser ke produk Cina, yang dinilai efektif tetapi senantiasa mematikan di medan perang.