BACA BERITA

Sebanyak 30-40 Persen Warganet RI Berisiko Alami Kecemasan dan Depresi Menurut Studi

Author: matauang Category: Kesehatan
Sebuah penelitian tentang kesehatan mental warganet baru-baru ini dilakukan di media sosial. Hasilnya, banyak pengguna yang berisiko terkena masalah kesehatan mental berupa kecemasan hingga depresi.

Peneliti dari Health Collaborative Center (HCC) Ray Wagiu Basrowi bersama timnya melakukan inovasi dengan menyebarkan kuesioner di media sosial untuk mengukur masalah kesehatan mental.

Kuesioner sederhana SRQ20, yang juga digunakan oleh Kementerian Kesehatan RI, berhasil menjangkau berbagai kalangan pengguna media sosial.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 600 partisipan, mulai dari ibu rumah tangga hingga pelajar.

Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 30 hingga 40 persen partisipan berisiko mengalami gangguan kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi.

"Interaksi masyarakat Indonesia dengan media sosial sangat tinggi," ujar Ray, mengutip detikhealth.

Instagram disebut sebagai salah satu media sosial yang paling banyak digunakan dengan hampir 100 juta pengguna di Indonesia pada tahun 2023.

Penelitian, lanjut Ray, membuktikan bahwa interaksi melalui media sosial adalah metode potensial untuk mempromosikan perilaku kesehatan, termasuk skrining kesehatan jiwa.

Skrining ini tidak serta-merta mendapatkan minat dari sembarang orang. Peserta yang mengikuti skrining berusia antara 16 hingga 53 tahun, dengan tiga kelompok terbesar terdiri dari:

1. Ibu rumah tangga: 448 partisipan (65 persen)
2. Pekerjaan lain: 119 partisipan (17 persen)
3. Pegawai swasta: 106 partisipan (15 persen)

Pendekatan berbeda digunakan HCC untuk menarik partisipan mengikuti skrining. Mereka memanfaatkan kekuatan narasi personal dengan mengajak peserta menceritakan pengalaman pribadi dan memberikan informasi persuasif tentang pentingnya skrining kesehatan mental.

Interaksi antar-teman dan pemicu atau topik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari juga menjadi alasan mereka tertarik mengikuti kuesioner ini.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode skrining melalui media sosial dapat digunakan oleh berbagai pihak terkait untuk meningkatkan angka partisipasi dalam skrining kesehatan jiwa yang saat ini masih rendah. Penggunaan media sosial ternyata efektif dalam meningkatkan kesadaran pengguna tentang pentingnya kesehatan mental.