Jakarta, matauang.com -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$2,90 miliar pada Agustus 2024 ini. Realisasi ini naik US$2,40 miliar dibandingkan Juli 2024.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan meski surplus Agustus ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya, tetapi masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Pudji dalam konferensi pers, Rabu (15/5).
Menurutnya, surplus neraca dagang lebih ditopang oleh nonmigas sebesar US$4,34 miliar, dengan komoditas yang menyumbang utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, besi dan baja.
Berikut perkembangan ekspor dan impor Indonesia sepanjang Agustus 2024:
Ekspor
Ekspor Indonesia sepanjang Agustus 2024 tercatat US$23,56 miliar atau naik 5,97 persen dibandingkan Juli 2024 yang sebesar US$22,24 miliar. Senada, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya juga naik 7,13 persen dari sebesar US$22 miliar.
Ekspor migas tercatat senilai US$1,20 miliar pada bulan lalu atau turun 15,41 persen dari Juli 2024. Sedangkan ekspor nonmigas naik 7,43 persen dari US$20,81 miliar menjadi US$22,36 miliar.
"Total nilai ekspor meningkat baik secara bulanan maupun tahunan," kata Pudji.
Menurut sektornya, ekspor industri pengolahan tercatat sebesar US$17,71 miliar, pertambangan dan lainnya US$4,10 miliar, serta pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar US$540 juta.
Sementara, untuk komoditas unggulan Indonesia seperti batu bara, besi dan baja, nilai ekspornya menurun pada Agustus 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. Batu bara turun 0,84 persen dari US$2,49 miliar menjadi US$2,47 miliar.
Lalu, ekspor besi dan baja turun 1,42 persen dari US$2,03 miliar menjadi US$2 miliar. Sedangkan, ekspor minyak kelapa sawit naik 27,86 persen dari US$1,38 miliar menjadi US$1,77 miliar.
Untuk negara tujuan ekspor Indonesia yang utama adalah China, Amerika Serikat (AS), Jepang, ASEAN, dan Uni Eropa.
Secara kumulatif (Januari-Agustus) total nilai ekspor tercatat sebesar US$170,89 miliar. Realisasi ini turun 0,35 persen dibandingkan periode yang sama 2023 sebesar US$171,5 miliar.
Impor
Nilai impor Indonesia pada Agustus 2024 tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,93 persen dari sebesar US$21,74 miliar pada Juli menjadi US$20,67 miliar. Penurunan kinerja impor ini terjadi pada kelompok migas dan nonmigas masing-masing 25,56 persen dan 0,89 persen.
Menurut penggunaannya, impor bahan baku penolong minus 14,88 persen (mtm), barang konsumsi turun 4,58 persen dan barang modal masih berhasil tumbuh 3,81 persen.
Negara utama asal barang impor Indonesia adalah China, Jepang, Australia, ASEAN dan Uni Eropa.
Secara kumulatif (Januari-Agustus), total nilai impor mencapai US$152,04 miliar. Realisasi ini naik 3,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berhasil mencapai US$147,18 miliar.
"Peningkatan ini terjadi pada impor migas dan non migas. Andil utama peningkatan nilai impor disumbang oleh impor bahan baku/penolong sebesar 2,71 persen," pungkas Pudji.