Matauang.com, Jakarta - Beberapa hari terakhir, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell menjadi sorotan. Hal ini diduga imbas dariskandal dugaan pemalsuan BBM yang melibatkan PT.Pertamina .
Kelangkaan ini menimbulkan pertanyaan penting tentang stabilitas pasokan bahan bakar di Indonesia, terutama setelah skandal yang melibatkan PT.Pertamina. Konsumen mulai beralih ke Shell, mencari alternatif yang lebih stabil meskipun beberapa SPBU mengalami kekurangan pasokan.
The scarcity of fuel supply at Shell gas stations is evident in several locations, such as Jalan Fatmawati, Cilandak, South Jakarta, and Jalan Menteng Raya, Central Jakarta.
Di sejumlah SPBU Shell, semua jenis bahan bakar, mulai dari RON 95, RON 98, hingga solar CN51, tidak tersedia sama sekali. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi para pengemudi, termasuk pengemudi ojek daring, untuk mengisi bahan bakar kendaraan mereka.
Seperti dilansir Antara , Presiden Direktur Shell Indonesia Ingrid Siburian menjelaskan kelangkaan ini disebabkan oleh keterlambatan rantai pasokan yang tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan. Namun, Shell berupaya untuk menyalurkan kembali dan menyelesaikan masalah tersebut secepatnya.
Selain pengisian bahan bakar, layanan lain di SPBU Shell tetap beroperasi, seperti bengkel Shell Advance MotoCare Express dan gerai Shell Select. Hal ini sedikit meringankan keluhan konsumen yang masih dapat menggunakan layanan non-bahan bakar.
"Keterlambatan itu karena ada kendala di supply atau rantai pasokan. Namun, kendala itu adalah kondisi di luar kontrol kami karena kami hanya bisa fokus pada hal-hal yang bisa kami kontrol," kata Ingrid saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR di Jakarta, Rabu, 26 Februari 2025.
Dampak Skandal PT. PERTAMINA terhadap Shell
Isu BBM mencuat tak lama setelah skandal pencampuran BBM yang melibatkan PT. PERTAMINA. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, kelangkaan BBM di SPBU swasta sudah terjadi sejak akhir Januari hingga awal Februari 2025.
Saat itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menanggapi dengan membantah adanya kendala dalam pengadaan dan pendistribusian.
Menurut Bahlil, jika terjadi kelangkaan, kemungkinan besar disebabkan oleh kendala teknis, seperti keterlambatan pengiriman BBM oleh kapal tanker. Ia juga menjelaskan bahwa Kementerian ESDM telah memberikan izin kepada perusahaan migas swasta untuk melakukan impor dan distribusi BBM sejak Januari 2025.
"Tidak ada masalah," kata Bahlil saat ditemui di kantornya, Jakarta, 3 Februari 2025.
Bahlil kemudian membandingkan kondisi pasokan BBM di SPBU swasta dengan di SPBU milik PT. Ia menyatakan, pasokan di SPBU milik PT. Pertamina masih normal dan konsumen tidak kesulitan memperoleh BBM.
"Artinya tidak ada persoalan bagi konsumsi publik," katanya.
Upaya Shell untuk Memulihkan Pasokan
Untuk mengatasi kelangkaan ini, Shell Indonesia tengah berkoordinasi dengan kementerian terkait dan berupaya mempercepat penyaluran BBM ke SPBU terdampak. Namun, hal ini membutuhkan waktu untuk mempersiapkan kembalinya pasokan ke kondisi normal.
Ingrid Siburian menuturkan, Shell juga telah mengantongi izin impor pasokan BBM pada akhir Januari 2025. Ke depannya, perseroan berkomitmen menjaga kualitas dan ketersediaan pasokan BBM di seluruh jaringan SPBU milik mereka.
"Neraca komoditas itu kami peroleh pada 20 Januari 2025, dan persetujuan impor kami peroleh pada 23 Januari 2025. Namun, pada saat kami peroleh neraca komoditas itu, sekitar 25 persen SPBU kami sudah mengalami kehabisan stok untuk beberapa varian," ungkapnya.
Kendati demikian, kelangkaan pasokan bahan bakar berdampak signifikan pada konsumen. Beberapa pengemudi ojek mengeluhkan sulitnya mencari bahan bakar di stasiun pengisian bahan bakar swasta, dan mulai mencari opsi pengisian bahan bakar alternatif.
Sementara itu, konsumen masih skeptis terhadap SPBU milik PT. Pertamini yang dinilai tidak jujur dalam memalsukan BBM. Situasi ini memang menjadi perhatian utama Shell yang harus segera mengatasi masalah ini agar tidak kehilangan kepercayaan konsumen.