BACA BERITA

Utang Kian Bengkak, Lembaga Keuangan Internasional Pede Pemerintah Bisa Bayar

Author: matauang Category: Keuangan
Lembaga keuangan internasional, Asian Development Bank (ADB), mengaku optimis pemerintah Indonesia dapat membayar kewajiban utangnya kepada para kreditur, khususnya institusi keuangan internasional. Optimisme itu diusung, meskipun nilai outstanding utang pemerintah tercatat terus meningkat. Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga mengatakan, pihaknya tidak mengambil pusing terkait kemampuan pemerintah untuk membayar kewajibannya.

"Saya pikir kami sangat optimis (dengan kemampuan pemerintah membayar utang)," kata dia, ditemui di Jakarta, Kamis (12/12/2024).

Berdasarkan data Utang Luar Negeri Bank Indonesia, outstanding pinjaman yang diberikan oleh ADB ke Indonesia mencapai 11,20 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 178,08 triliun (asumsi kuras Rp 15.900 per dollar AS) sampai dengan September 2024. Posisi utang itu mengalami peningkatan dibanding beberapa bulan sebelumnya, namun Jiro tidak melihat masalah yang dapat menganggu kemampuan pemerintah membayarkan kewajiban tersebut. "Bukan hanya untuk kita, tapi untuk (kreditur) yang lain," ujarnya.

Masih rendahnya rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional menjadi alasan utama ADB yakin risiko pembayaran utang RI terjaga. "Maksud saya, rasio utang terhadap PDB relatif rendah, dan saya tidak memiliki masalah terkait hal itu," ucap Tominaga.

Sebagai informasi, posisi utang pemerintah semakin meningkat pada Oktober 2024. Tercatat, nilai utang pemerintah tembus Rp 8.500 triliun sampai dengan akhir Oktober 2024 lalu. Berdasarkan data APBN KiTa edisi November 2024, nilai utang pemerintah sampai dengan 31 Oktober 2024 ialah Rp 8.560,36 triliun.

Utang pemerintah meningkat 1,03 persen atau sekitar Rp 86,46 triliun dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 8.473,90 triliun. Seiring dengan peningkatan nilai utang, rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) tercatat meningkat. Rasio utang terhadap PDB pada September sebesar 38,66 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 38,55 persen.