Matauang.com - Rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini (30/8/2024) terhadap dolar Amerika Serikat (AS), setelah rilisnya data pertumbuhan ekonomi AS yang di atas ekspektasi pasar dan fokus pasar menanti data inflasi PCE.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,26% di angka Rp15.450/US$ pada perdagangan sore ini. Meskipun terdepresiasi, rupiah masih berada di level tertingginya sejak awal tahun tepatnya semenjak 1 Januari 2024
Sementara index dolar AS (DXY) juga ikut melemah 0,04% di angka 101,30. Penurunan ini terjadi setelah kenaikan yang cukup signifikan dua hari terakhir.
Pada pukul 19:30 WIB kemarin, Amerika Serikat telah merilis data pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2024 yang naik dari kuartal sebelumnya. Pada kuartal ini kecepatan PDB AS tumbuh di angka 3% Quarter-over-Quarter (QoQ) naik dari kuartal sebelumnya di angka 1,4% QoQ.
Pertumbuhan PDB AS ini jauh dari ekspektasi pasar, ditambah dengan isu krisis yang sedang mencuat. Bahkan angka ini jauh dari prediksi konsensus Trading Economics di angka 2,8%.
Menurut Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan dalam estimasi kedua PDB kuartal kedua kemarin malam, perekonomian AS tumbuh 3% year over year(YoY).
Pada jam yang sama, AS juga merilisi data belanja konsumennya yang naik menjadi 2,9% QoQ. Sebelumnya dilaporkan tumbuh pada kecepatan 2,3%, dan sebagian didorong oleh upah. Itu mengimbangi penurunan peringkat investasi bisnis, sebagian besar perangkat lunak. Ekspor dan investasi inventaris swasta juga direvisi turun.
Jumlah orang yang menerima tunjangan setelah minggu pertama bantuan, yang merupakan proksi untuk perekrutan, meningkat 13.000 menjadi 1,868 juta yang disesuaikan secara musiman selama minggu yang berakhir pada 17 Agustus, menurut laporan klaim.
Klaim berkelanjutan tersebut mendekati level yang terakhir terlihat pada akhir tahun 2021, yang mengindikasikan periode pengangguran yang lebih panjang.
Para ekonom memprediksi bahwa tingkat pengangguran bulan ini akan tetap mendekati level tertinggi dalam tiga tahun terakhir, yaitu sekitar 4,3%, atau sedikit turun menjadi 4,2%. Angka pengangguran ini telah meningkat selama empat bulan berturut-turut, sebagian besar disebabkan oleh lonjakan pasokan tenaga kerja yang dipicu oleh peningkatan imigrasi.
Jumlah klaim awal untuk tunjangan pengangguran AS turun 2.000 menjadi 231.000 secara musiman pada minggu yang berakhir 24 Agustus. Ekonom yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memperkirakan klaim akan mencapai 232.000 pada minggu terakhir.
Klaim pengangguran ini telah menurun dari puncaknya dalam 11 bulan terakhir pada akhir Juli, setelah terganggu oleh penutupan sementara pabrik kendaraan bermotor untuk pembaruan model dan berkurangnya dampak Badai Beryl.
Data inflasi personal atau indeks harga konsumen (IHK) pengeluaran konsumsi personal (PCE) AS untuk periode Juli 2024 dijadwalkan akan dirilis pada pekan ini, tepatnya pada hari Jumat (30/8/2024).
Menurut konsensus pasar di Trading Economics, inflasi PCE AS bulan lalu diperkirakan tidak mengalami perubahan signifikan atau masih sama dengan bulan Juni, yaitu tumbuh sebesar 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE AS diprediksi akan naik sedikit menjadi 0,2%.
Jika perkiraan ini tepat, maka peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya pada bulan September mendatang cukup besar.