Selama minggu ini, mata duit Asia terhadap dolar Amerika Serikat( AS) bergerak variatif. Sebagian terdapat yang menguat signifikan semacam yen Jepang serta rupee India, namun terdapat yang masih melemah, tercantum rupiah Indonesia.
Merujuk informasi Refinitiv, pada perdagangan terakhir minggu ini, Kamis( 17/ 4/ 2025) mata duit Garuda bergerak stagnan dalam satu hari ditutup ke posisi Rp16. 820/ US$. Sedangkan dalam sepekan rupiah tercatat kontraksi 0, 18%.
Bila dibanding dengan mata duit lain di kawasan Asia, rupiah menempati posisi ketiga terlemah sehabis Won Korea serta Dong Vietnam.
Sedangkan itu di posisi sangat kokoh dalam sepekan terdapat Yen Jepang sebesar 0, 93%, diiringi Rupee India 0, 88%, serta Dolar Singapore 0, 60%. Berikut rincian perbandingannya:
Penguatan sebagian mata duit Asia bersamaan dengan melandai nya indeks dolar Amerika Serikat( DXY) yang saat ini telah di dasar tingkat 100.
Telah dekat 5 minggu beruntun the greenback terus dalam zona merah serta menandai tingkat terpuruk semenjak Maret 2022 ataupun dekat 3 tahun kemudian.
Memandang psikologis pasar di Asia, penguatan mata duit yen yang signifikan jadi salah satu opsi safe haven investor. Yen saat ini terletak di posisi terkuat semenjak September 2024 ataupun dekat 7 bulan terakhir.
Sedangkan itu buat rupiah masih cenderung melemah sebab arus dana keluar yang masih belum reda, terlebih minggu ini masih banyak diliputi masa pembagian dividen yang menimbulkan terdapatnya aksi repatriasi.
Bersumber pada informasi transaksi 14- 16 April 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp11, 96 triliun.
Aksi jual itu terdiri dari net sell Rp13, 01 triliun di pasar saham, Rp2, 24 triliun di SRBI, sedangkan beli neto cuma terjalin di SBN sebesar Rp3, 28 triliun.