Bank Indonesia (BI) mengatakan nilai tukar rupiah menguat lebih tinggi dari mata uang Thailand, Filipina, Jepang dan Korea Selatan pada periode 1-29 Agustus 2024.
Pada periode tersebut, nilai tukar rupiah meningkat menjadi Rp15.415 per satu dolar AS atau menguat 5,48 persen dibandingkan dengan posisi di akhir Juni 2024.
“Penguatan rupiah ini lebih tinggi dibandingkan dengan apresiasi mata uang regional lainnya seperti Baht Thailand, Peso Filipina, Yen Jepang dan Won Korea yang sebesar 4,9 persen, 3,68 persen, 3,66 persen dan 2,83 persen,” kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti di Jakarta, Senin.
Dalam Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI, Destry menuturkan penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh bauran kebijakan moneter Bank Indonesia, meningkatnya aliran masuk modal asing, dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
“Dibandingkan dengan level akhir 2023, maka depresiasi rupiah relatif lebih kecil dibandingkan dengan depresiasi pada mata uang peer group kita,” ujarnya.
Ke depan nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan cenderung menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia serta komitmen kebijakan BI.
Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Dengan perkembangan tersebut, maka rata-rata nilai tukar rupiah diprakirakan berada dalam kisaran Rp15.700 hingga Rp16.100 per dolar AS pada 2024 dan menguat dalam kisaran Rp15.300 hingga Rp15.700 pada 2025.
Perkiraan nilai tukar rupiah pada 2025 tersebut relatif sejalan dengan asumsi rata-rata nilai tukar rupiah pada 2025 sebesar Rp16.000 per dolar AS yang telah disepakati dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI pada 28 Agustus 2024.