Matauang.com, Kanker ovarium atau kanker indung telur merupakan salah satu jenis kanker yang sangat sering dialami wanita di Indonesia daripada jenis kanker lainnya. Menurut data Global Cancer Incidence, Mortality, and Prevalence (Globocan), kanker ovarium adalah kanker ketiga tersering dialami oleh wanita Indonesia. Pada 2020, angka kejadian kanker ini tercatat 14.896 dan angka kematiannya mencapai 9.581 kasus.
Merujuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan dengan angka ketahanan hidup 5 tahun sekitar 43 persen. Kanker ini paling sering terjadi pada wanita usia post menopause yaitu 50-70 tahun.
Untuk tahu apa yang dirasakan orang dengan kanker ovarium, baca terus artikel ini.
Gejala Kanker Ovarium
Kanker ovarium sering kali tidak memberikan gejala yang spesifik pada stadium awal, dan baru memberikan gejala yang jelas pada stadium lanjut di mana sel kanker telah menyebar ke organ sekitar.
Namun, Anda harus berkonsultasi dengan dokter, jika Anda memiliki salah satu gejala berikut ini, seperti yang dikutip dari Cancer Research UK:
- Merasa cepat kenyang
- Kehilangan selera makan
- Nyeri di perut (abdomen) atau bagian bawah perut yang tidak hilang
- Kembung atau peningkatan ukuran perut Anda
- Perlu buang air kecil lebih sering
Orang yang mengalami kanker ovarium juga bisa mengalami gejala berikut ini:
- Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Perubahan kebiasaan buang air besar atau gejala sindrom iritasi usus besar, terutama jika ini dimulai setelah usia 50 tahun
Ini semua merupakan gejala dari kondisi lain yang kurang serius, tetapi jika Anda mengalaminya atau mengalami hal lain yang tidak normal, segera periksakan ke dokter.
Hingga saat ini, belum ada standar metode untuk mendeteksi dini kanker ovarium.
Namun, merujuk Kemenkes RI, beberapa cara untuk deteksi dini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan ginekologi, USG transvaginal, melakukan pemeriksaan tumor marker (petanda tumor) Ca 125 secara serial, dan melakukan pemeriksaan Gen BRCA 1,2 pada orang dengan resiko tinggi.