Matauang.com - Produsen kendaraan listrik asal Tiongkok,
GAC Aion, terus memperkuat ekspansi globalnya dengan membangun dua fasilitas produksi di Asia Tenggara, yakni di
Thailand dan
Indonesia. Kedua pabrik ini bukanlah bentuk persaingan internal, melainkan strategi untuk saling melengkapi dan menyesuaikan dengan karakteristik pasar serta regulasi lokal masing-masing negara.
Presiden GAC International, Wei Haigang, menjelaskan bahwa pendirian pabrik di Thailand dan Indonesia merupakan bentuk adaptasi terhadap peraturan terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). “Sebenarnya sangat simpel. Di Thailand itu ada syarat TKDN juga, makanya harus buat pabrik, begitu juga di Indonesia. Indonesia ini pasar yang sangat luar biasa besar, oleh karena itu dibutuhkan penggunaan komponen lokal agar kompetitif,” ujar Wei saat ditemui di Purwakarta, Jawa Barat, pada 10 Juni 2025.
Thailand: Fokus Produksi Kendaraan Terjangkau
Fasilitas produksi GAC Aion di Thailand berada di kawasan industri Rayong, bagian dari Eastern Economic Corridor (EEC). Ini adalah basis produksi luar negeri pertama GAC Aion, dengan investasi mencapai 64,8 juta dolar AS atau sekitar Rp 972 miliar. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 50.000 unit per tahun, dan fase pertamanya diperkirakan selesai pada Juli 2025. Model pertama yang akan diproduksi adalah Aion Y Plus versi setir kanan, yang menyasar segmen kendaraan kecil hingga menengah dengan harga terjangkau.
Thailand dipilih sebagai lokasi strategis untuk menjangkau pasar regional, terutama ASEAN. Fokus produksinya adalah pada kendaraan hemat energi dengan dimensi kompak, yang sangat diminati konsumen di negara-negara seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Indonesia: Fokus SUV dan MPV, Target 50.000 Unit per Tahun
Berbeda dengan Thailand, pabrik GAC Aion di Indonesia berfokus pada kendaraan dengan dimensi lebih besar seperti SUV dan MPV 7-seater. Fasilitas ini merupakan hasil kerja sama antara GAC Aion dengan Indomobil Group, melalui skema joint venture. Struktur kepemilikan perusahaan tersebut terdiri dari 51 persen milik Indomobil Group dan 49 persen oleh GAC.
Pabrik yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat, ini dikelola oleh anak usaha Indomobil, PT National Assemblers. Dengan investasi sebesar Rp 1 triliun, kapasitas produksinya dimulai dari 20.000 unit per tahun dan akan ditingkatkan hingga 50.000 unit per tahun secara bertahap.
Model pertama yang akan diproduksi adalah Aion V, kendaraan listrik jenis SUV yang telah memenuhi TKDN sebesar 40 persen. Dengan tingkat kandungan lokal tersebut, Aion V akan mendapatkan insentif dari pemerintah dan menjadi lebih kompetitif di pasar domestik.
Strategi Regional GAC Aion
Wei Haigang menegaskan bahwa pabrik di Indonesia dan Thailand tidak bersaing satu sama lain. Sebaliknya, penentuan lokasi produksi akan disesuaikan dengan karakteristik pasar dan permintaan model tertentu di masing-masing negara. “Ekspornya melihat dari model apa yang paling banyak diminati di Indonesia, begitu juga di Thailand,” ujarnya.
Selain itu, kerja sama strategis dengan pemain lokal seperti Indomobil dinilai sangat penting, mengingat kompleksitas pasar Indonesia. “Indonesia ini pasar yang tidak bisa dibilang gampang, jadi harus ada local partner,” tambahnya.
GAC Aion sendiri telah memiliki pengalaman membangun kemitraan dengan berbagai merek besar di Tiongkok, seperti Honda dan Toyota, dan pendekatan serupa diterapkan dalam ekspansi globalnya.
Dengan strategi yang adaptif dan kolaboratif, GAC Aion menegaskan keseriusannya dalam menggarap pasar Asia Tenggara, sekaligus memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam era elektrifikasi otomotif global.