BACA BERITA

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Kamis 16 Januari 2025

Author: matauang Category: Keuangan

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Kamis 16 Januari 2025

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah pada perdagangan hari ini menyentuh Rp16.325 per dolar AS, Kamis (16/1/2025). Rupiah menjadi satu-satunya mata uang di Asia yang dibuka melemah. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,34% atau 55,5 poin ke level Rp16.325. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,07% ke level 109. Sementara itu, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka cenderung menguat. Diantaranya adalah yen Jepang yang naik 0,58%, dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar Singapura naik 0,05%, won Korea Selatan naik 0,37%, dan yuan China menguat 0,01%. Mata uang lainnya yang dibuka menguat adalah peso Filipina naik 0,21%, ringgit Malaysia naik 0,14%, dan baht Thailand yang dibuka menguat 0,25%.

Sebelumnya, melansir Reuters, Dolar Amerika Serikat tertekan pada Rabu (15/1/2025) setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan mengurangi kekhawatiran atas inflasi dan memperbesar peluang Federal Reserve memangkas suku bunga hingga dua kali tahun ini. Reuters pada hari ini, Kamis (16/1/2025), menyebut indeks dolar AS yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,1% ke level 109,07, setelah sempat menyentuh angka tertinggi dalam 26 bulan di 110,17 pada Senin.

Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan indeks harga konsumen (IHK/CPI) naik 2,9% pada Desember 2024 secara year on year (YoY), sesuai ekspektasi para ekonom. "Laporan inflasi yang lebih jinak ini membuat para trader mengurangi posisi panjang pada dolar,” ujar analis senior FX Street Joseph Trevisani. Namun, Trevisani menekankan bahwa Federal Reserve kemungkinan akan sangat berhati-hati untuk memulai pemangkasan suku bunga sebelum benar-benar yakin bahwa inflasi sedang bergerak turun. Dengan kembalinya Presiden terpilih Donald Trump ke Gedung Putih pekan depan, sejumlah analis memprediksi kebijakan yang diusungnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi sekaligus memicu tekanan inflasi.