BACA BERITA

Pilkada 2024 di Lampung: Tantangan distribusi logistik ke daerah 3T

Author: matauang Category: Politik
Bandarlampung (ANTARA) - Pilkada Serentak 2024 akan segera diselenggarakan pada 27 November 2024 untuk memilih pemimpin pemerintahan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Provinsi Lampung.

Di Lampung, pemilihan akan dilakukan di 15 kabupaten/kota, termasuk di Kabupaten Pesisir Barat yang terletak di ujung barat provinsi dan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu. Kabupaten Pesisir Barat berjarak sekitar 250 km dari ibukota provinsi Bandarlampung dan berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu.

Tiga pasangan calon akan bersaing di Pesisir Barat, yaitu Dedi Irawan dan Irawan Topani (diusung oleh PDIP, PKS, dan PPP), Septi Heri Agusnaeni dan Ade Abdul Rochim (Partai Nasdem dan Gerindra), serta Lingga Kusuma dan Erlina (PKB, Golkar, PAN, dan Demokrat).

Di Kabupaten Pesisir Barat terdapat pekon (desa) yang masih tergolong daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) yakni Pekon Way Haru. Pekon (desa) Way Haru, terletak di Kecamatan Bengkunat.

Desa ini berada di antara Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Samudra Hindia serta termasuk desa yang terisolir dan sulit dijangkau.

Akses jalan yang buruk, terbatasnya fasilitas publik seperti listrik dan layanan kesehatan, serta biaya transportasi yang tinggi, menghambat kemajuan ekonomi dan pembangunan di desa Way Haru.

Transportasi ke Way Haru membutuhkan waktu sekitar tujuh jam dengan berjalan kaki dari Bengkunat atau sekitar tiga jam menggunakan ojek.

Dalam kondisi hujan, perjalanan menjadi lebih sulit dan memakan waktu lebih lama. Kondisi jalan yang terjal, berlumpur, dan licin sering kali memaksa warga untuk menginap di perjalanan jika harus melewati jalur pesisir laut.

Desa Way Haru dan tiga desa lainnya yang juga terisolir, Bandar Dalam, Way Tiyas, dan Siring Gading, berpenduduk sekitar 9.000 orang.

Pemerintah Provinsi Lampung selalu berupaya menyelesaikan akses jalan menuju Desa Way Haru, Kabupaten Pesisir Barat, yang terisolir. Pejabat Pemprov Lampung, Qodratul Ikhwan, menjelaskan bahwa desa di wilayah tertinggal, terdepan, dan terpencil (3T) menjadi prioritas untuk peningkatan kesejahteraan.

Namun, pembukaan akses ke Way Haru terkendala karena jalurnya melintasi kawasan konservasi, yang memerlukan izin dari kementerian.

Gerobak sapi dan ojek

Kondisi tersebut juga menjadi tantangan tersendiri bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat terutama saat pendistribusian logistik Pilkada 2024 di wilayah terpencil itu.

KPU Kabupaten Pesisir Barat, sebagai penyelenggara pesta demokrasi di daerah, harus mengatasi hambatan alam untuk mendistribusikan logistik pilkada, seperti surat suara, tinta, maupun kotak suara.

Keseluruhan logistik itu harus disalurkan untuk menjaring suara rakyat hingga ke ujung pelosok Pesisir Barat itu, yang masih terisolir dari dunia luar.

Ketua KPU Kabupaten Pesisir Barat Marlini mengemukakan wilayahnya memiliki daerah terpencil dengan akses jalan yang cukup sulit dan tidak bisa ditempuh menggunakan kendaraan biasa.

"Oleh karena itu, KPU selalu berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti Polri, TNI dan pemerintah daerah setempat dalam mendistribusikan logistik ke daerah terjauh di kabupaten tersebut," ujarnya.

Empat desa yang masih terisolir di Kecamatan Bengkunat, yakni Way Haru, Bandar Dalam, Way Tiyas dan Siring Gading mempunyai hambatan geografis yang serupa, yaitu akses yang harus melewati gunung, hutan, dan pesisir laut.

"Di wilayah itu terdapat 11 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di empat desa, dengan jumlah pemilih terdaftar mencapai kurang lebih 5.500 orang," jelasnya.

Perlu waktu empat jam untuk mencapai empat desa itu dari pusat Kecamatan Bengkunat, dengan kondisi jalan tanah dan berbatu. Waktu tempuh itu jika musim kemarau, sedangkan di musim hujan bisa lebih lama.

Pada Pemilu 2024 lalu, lanjutnya, proses distribusi logistik menjadi tantangan berat. Saat hujan, kondisi tanah menjadi lembek dan jalan menjadi lebih sulit untuk dilewati. Perjalanan bisa lebih lama, hingga delapan jam.

Karena berpotensi melewati jalan lumpur, maka pendistribusian harus menggunakan kendaraan alternatif, seperti gerobak sapi dan sepeda motor modifikasi dengan melilitkan rantai pada bagian luar ban.

Tidak hanya jalan dengan lumpur yang licin, tim distribusi menghadapi hambatan alam lain yakni melewati bibir pantai dengan ombak besar, sehingga terkadang untuk lewat harus menunggu air laut surut lebih dulu.

Apabila cuaca tidak mendukung, tim distribusi bahkan harus berhenti dan menunggu karena bila memaksakan lewat, ombak bisa menghantam dan menyeret mereka ke tengah laut..