BACA BERITA

Revolusi Mata Uang Dunia Dimulai! King Dolar Dihantam dari Segala Arah

Author: matauang Category: Keuangan
Dominasi dolar Amerika Serikat (AS) masih belum tergoyahkan di tengah dinamika ekonomi global yang berubah cepat. Namun, dominasi tersebut bisa goyah ke depan jika kebijakan pemerintah AS terus membuat investor ragu.

Meski dihadapkan pada tekanan geopolitik, dedolarisasi, hingga munculnya kekuatan ekonomi baru seperti China dan negara BRICS, posisi dolar sebagai mata uang cadangan utama dunia tetap kokoh.

Hingga kuartal pertama 2024, sekitar 59% dari total cadangan devisa global masih disimpan dalam bentuk dolar AS yang menunjukkan betapa besar kepercayaan dunia terhadap greenback.

Namun dalam bayang-bayang dominasi dolar, tren baru mulai muncul. Mata uang non-tradisional seperti dolar Australia (AUD), dolar Kanada (CAD), dan yuan China (CNY) perlahan-lahan mulai mendapatkan porsi dalam portofolio cadangan devisa global. Kenaikan ini mencerminkan upaya banyak negara untuk mendiversifikasi risiko dan mengurangi ketergantungan pada satu mata uang dominan.

Tren ini tidak serta merta menggeser posisi dolar AS, tapi menjadi sinyal bahwa lanskap mata uang global perlahan bertransformasi. Kebutuhan akan diversifikasi, stabilitas nilai tukar, serta keinginan negara-negara berkembang untuk memperkuat kedaulatan finansial menjadi pemicu utama dari pergeseran ini.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat dolar AS begitu dominan selama puluhan tahun dan apakah mata uang non-tradisional ini punya potensi nyata untuk mengambil alih peran tersebut di masa depan?

Sejarah Dolar AS Menjadi Mata Uang Cadangan Dunia

Dominasi dolar AS dimulai sejak akhir Perang Dunia II, terutama setelah Perjanjian Bretton Woods pada 1944 yang menempatkan dolar sebagai jangkar sistem keuangan global. Kala itu, dolar AS dipatok terhadap emas, dan mata uang negara lain dipatok terhadap dolar yang menjadikannya poros utama dalam perdagangan dan moneter internasional.

Meskipun sistem Bretton Woods runtuh pada 1971 saat Presiden Nixon mencabut konvertibilitas dolar terhadap emas, kepercayaan terhadap ekonomi AS, kedalaman pasar keuangannya, serta stabilitas politik dan hukumnya membuat dolar tetap menjadi pilihan utama bank sentral dunia. Hingga kini, dolar AS masih digunakan dalam lebih dari 80% transaksi perdagangan global dan 88% transaksi valas, menjadikannya pilar tak tergantikan dalam sistem keuangan global.

Mata Uang Non-Tradisional Mulai Naik Daun

Meskipun dolar AS masih mendominasi sebagai mata uang cadangan utama dunia, dalam satu dekade terakhir sejumlah mata uang non-tradisional mulai menunjukkan geliatnya.

Data Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, pangsa dolar AS dalam cadangan devisa global terus menyusut dari sekitar 66% menjadi di bawah 59%. Di saat yang sama, mata uang lain seperti yuan China, dolar Australia, dolar Kanada, dan dolar Singapura justru mencatatkan peningkatan.

Yuan China, misalnya, kini menyumbang lebih dari 2,3% dari total cadangan devisa global, naik signifikan dari hanya sekitar 1% pada 2016. Kenaikan ini didorong oleh kebijakan internasionalisasi renminbi serta ekspansi jalur perdagangan melalui inisiatif Belt and Road yang mendorong penggunaan yuan dalam transaksi bilateral. Sementara itu, dolar Australia dan dolar Kanada juga mengalami pertumbuhan popularitas sebagai mata uang cadangan, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat, sistem hukum yang stabil, dan pasar keuangan yang likuid.

Tren pergeseran ini semakin terlihat dalam data terbaru IMF hingga akhir 2024. Dolar AS memang masih mendominasi dengan pangsa 57,8%, tetapi trennya terus menurun dari 58,9% pada tahun 2020. Euro juga mengalami pelemahan, dari 21,3% menjadi 19,8% dalam periode yang sama. Sebaliknya, sejumlah mata uang dengan pangsa kecil terus mencatat kenaikan secara konsisten.

Dolar Kanada (CAD) naik dari 2,08% pada 2020 menjadi 2,77% pada 2024, mencerminkan kepercayaan investor global terhadap stabilitas ekonomi Kanada. Dolar Australia (AUD) juga meningkat dari 1,83% menjadi 2,06%. Yuan China (CNY), sempat menyentuh puncaknya di 2,80% pada 2021, namun turun sedikit menjadi 2,18% pada 2024, tetap menunjukkan peran pentingnya dalam cadangan devisa global.

Yang paling mencolok adalah lonjakan pada kategori mata uang lainnya yang mencakup mata uang seperti dolar Singapura, franc Swiss, dan mata uang kecil lainnya. Pangsa kategori ini naik tajam dari 2,65% pada 2020 menjadi 4,64% pada akhir 2024. Hal ini menandakan semakin kuatnya kepercayaan dunia terhadap diversifikasi mata uang cadangan di luar yang selama ini dianggap arus utama.