Matauang.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat (AS) melemah di pembukaan perdagangan hari ini (23/8/2024). Pelemahan rupiah ini kembali terjadi meskipun gejolak politik di dalam negeri sudah terkendali.
Dilansir dari Refinitiv, pagi ini rupiah dibuka di harga Rp15.600/US$ melemah 0,03% dari harga closing kemarin (22/8/2024) di harga Rp15.595/US$. Berselang lima menit pergerakan rupiah terus melemah ke harga Rp15.625/US$ atau melemah 0,19%.
Disisi lain, indeks dolar AS (DXY) kembali mengalami pelemahan sebesar 0,18% ke titik 101,326.
Kemarin, rupiah juga tertekan seiring dengan aksi demonstrasi besar di DPR dan berbagai wilayah Indonesia.
Demonstrasi digelar oleh berbagai elemen masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI), serta para buruh sebagai bentuk protes terhadap revisi UU Pilkada yang dilakukan oleh Panitia Kerja (Panja) revisi UU Pilkada Badan Legislasi (Baleg) DPR RI.
Sebelumnya, protes besar-besaran telah merebak di dunia maya. Netizen di Indonesia secara masif membagikan gambar garuda dengan latar belakang biru di media sosial, disertai tulisan "Peringatan Darurat".
Protes ini dipicu oleh keputusan Baleg DPR yang dinilai berseberangan dengan putusan Mahkamah Agug (MK) terkait persyaratan ambang batas pencalonan Pilkada dan usia minimum calon gubernur.
Aksi demo yang dilakukan akhirnya mendorong DPR untuk membatalkan revisi RUU Pilkada. Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad memastikan tidak ada rapat paripurna jelang akhir pendaftaran Pilkada pada 27 Agustus 2024.
"Rapat paripurna kalaupun mau dilaksanakan itu tanggal 27 Agustus yang kita tahu, sama-sama tahu, sudah masa pendaftaran. Sehingga kami merasa bahwa lebih baik itu tidak dilaksanakan karena masa pendaftaran sudah telat," papar Dasco.
Disisi lain, Bank Indonesia (BI) kemarin merilis data terbaru mengenai transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk kuartal II-2024, yang menunjukkan kembali adanya defisit. Hal ini sejalan dengan proyeksi BI bahwa Indonesia masih akan menghadapi defisit.
Pada kuartal II-2024, defisit transaksi berjalan mencapai US$3 miliar atau 0,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana pada kuartal II-2023, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$1,9 miliar atau 0,5% dari PDB.
Sementara NPI pada kuartal II-2024 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit US$600 juta, lebih rendah dibandingkan dengan defisit US$6 miliar pada Kuartal I-2024.
Dalam neraca perdagangan, BI melaporkan peningkatan surplus barang yang didorong oleh penurunan defisit neraca perdagangan migas dan kestabilan surplus neraca perdagangan nonmigas.
Pertumbuhan ekspor nonmigas tetap positif, didorong oleh kenaikan harga komoditas dan permintaan dari mitra dagang utama. Sementara itu, impor nonmigas tetap stabil berkat aktivitas ekonomi domestik yang terjaga.