Matauang.com - Rupiah terpantau mulai menguat pada pembukaan perdagangan akhir pekan ini setelah rilis data inflasi dan klaim pengangguran AS.
Melansir data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan Jumat (11/10/2024) mata uang Garuda pada posisi Rp 15.640/US$, menguat 0,13% dari penutupan sebelumnya (10/10/2024).
Bersamaan dengan penguatan rupiah, indeks dolar AS (DXY) melemah ke titik 102,91 dengan penurunan sebesar 0,07%.
Lebih jauh, pergerakan rupiah hari ini diwarnai oleh sentimen global yang datang bertubi-tubi dari AS.
Data inflasi konsumen AS yang kembali melandai menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan mata uang RI.
Inflasi tahunan di AS turun selama enam bulan berturut-turut menjadi 2,4% pada September 2024, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 2,3%.
Meskipun inflasi mulai melambat, tekanan pada harga makanan dan tempat tinggal tetap signifikan, memicu kenaikan inflasi inti hingga mencapai 3,3%.
Di sisi lain, data klaim pengangguran AS yang lebih tinggi dari perkiraan turut memperkuat ekspektasi akan kebijakan moneter yang lebih longgar.
Jumlah klaim pengangguran di AS melonjak menjadi 258.000, tertinggi dalam 14 bulan terakhir.
Kondisi ini memperkuat keyakinan pasar bahwa The Fed kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga pada bulan November, dengan probabilitas mencapai 86,9%, yang semakin menekan dolar dan memberi angin segar bagi penguatan rupiah.
Pasar juga menantikan rilis data Indeks Harga Produsen (IHP) AS pada malam ini, yang diperkirakan akan kembali berada di bawah 2%.
Jika data ini sesuai ekspektasi, maka peluang pemangkasan suku bunga The Fed akan semakin besar.
Kondisi ini dapat memberikan dorongan lebih lanjut bagi penguatan rupiah, seiring dengan pelemahan dolar AS di pasar global.