BACA BERITA

Menteri Ekonomi ASEAN Berkomitmen Tidak Melakukan Pembalasan Atas Tarif AS

Author: matauang Category: Keuangan
Matauang.com, Jakarta - Para menteri ekonomi blok regional ASEAN pada hari Kamis berkomitmen "untuk tidak mengenakan tindakan balasan" terhadap Amerika Serikat atas pengenaan tarif impor yang besar-besaran. Seperti dilansir Arab News , mereka menyatakan bahwa mereka siap untuk terlibat dalam negosiasi.

“ASEAN, sebagai ekonomi terbesar kelima di dunia, sangat prihatin atas penerapan tarif sepihak baru-baru ini oleh AS, termasuk tarif yang diumumkan pada 2 April 2025 dan kemudian penangguhan terakhir pada 9 April 2025,” kata Asosiasi Menteri ASEAN dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan konferensi video.

Meskipun ada kekhawatiran, para menteri ASEAN menyatakan mereka siap “untuk terlibat dalam dialog yang jujur ​​dan konstruktif dengan AS untuk mengatasi masalah terkait perdagangan.”

“Komunikasi dan kolaborasi yang terbuka akan sangat penting untuk memastikan hubungan yang seimbang dan berkelanjutan. Dengan semangat itu, ASEAN berkomitmen untuk tidak mengenakan tindakan balasan apa pun sebagai tanggapan terhadap tarif AS,” kata mereka.

Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Aziz, memimpin pertemuan khusus tersebut. Malaysia memegang posisi ketua bergilir dari blok regional yang beranggotakan 10 negara tersebut.

Negara-negara anggotanya, yang mengandalkan AS sebagai pasar ekspor utama, termasuk di antara negara-negara yang paling terpengaruh oleh tarif Presiden AS Donald Trump.

Sebagai pusat manufaktur, Vietnam dikenai bea masuk sebesar 46 persen atas ekspor ke Amerika Serikat. Sementara itu, negara tetangganya, Kamboja, produsen utama pakaian murah untuk merek-merek besar Barat, dikenai bea masuk sebesar 49 persen.

Negara anggota ASEAN lainnya yang menghadapi tarif tinggi termasuk Laos (48 persen), Myanmar (44 persen), Thailand (36 persen), dan Indonesia (32 persen).

Malaysia, ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara, menghadapi tarif yang lebih rendah sebesar 24 persen. Brunei juga menghadapi bea masuk sebesar 24 persen, sementara Filipina menghadapi bea masuk sebesar 17 persen, dan Singapura menghadapi bea masuk sebesar 10 persen.