BACA BERITA

Nasib Nilai Tukar Rupiah Hari Ini: Tunduk atas Dolar AS, Tangguh atas Mata Uang Dunia

Author: matauang Category: Keuangan
Jakarta, 7 Desember 2024 – Nilai tukar rupiah hari ini tercatat mengalami pelemahan terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS), namun masih menunjukkan ketangguhan jika dibandingkan dengan sejumlah mata uang dunia lainnya. Menghadapi tekanan dari penguatan dolar AS yang masih mendominasi pasar valuta asing global, rupiah tetap memiliki daya tahan yang cukup baik berkat beberapa faktor domestik dan kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia.

Pada perdagangan pagi ini, Rupiah diperdagangkan pada level Rp15.857,5 per dolar AS, mengalami pelemahan sekitar 0,3% dibandingkan posisi kemarin. Namun, meskipun menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS, rupiah terpantau lebih kuat dibandingkan dengan sejumlah mata uang negara berkembang lainnya, seperti lira Turki, peso Meksiko, dan rupee India, yang mengalami depresiasi lebih tajam dalam beberapa hari terakhir.

1. Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS

Penguatan dolar AS yang terjadi belakangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor global, termasuk kebijakan moneter ketat yang masih diberlakukan oleh Federal Reserve (bank sentral AS), serta data ekonomi AS yang menunjukkan pertumbuhan yang lebih stabil. Keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga acuan yang tinggi guna menanggulangi inflasi global membuat permintaan terhadap dolar AS terus meningkat, yang berdampak pada tekanan bagi mata uang lainnya, termasuk rupiah.

"Penguatan dolar AS ini terkait erat dengan kekhawatiran pasar terhadap prospek ekonomi global dan ketidakpastian dalam kebijakan moneter beberapa negara besar," ungkap Budi Satria, analis ekonomi dari Bank Central Asia (BCA). "Meskipun begitu, rupiah masih dapat bertahan dengan relatif stabil dibandingkan beberapa mata uang negara berkembang lainnya."

Selain itu, tekanan terhadap rupiah juga disebabkan oleh harga komoditas global yang cenderung melemah dalam beberapa pekan terakhir. Sebagai negara yang bergantung pada ekspor komoditas, terutama minyak sawit, batubara, dan minyak, penurunan harga komoditas dapat mempengaruhi cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah.

2. Ketangguhan Rupiah Terhadap Mata Uang Negara Berkembang Lainnya

Meskipun rupiah melemah terhadap dolar AS, nilai tukar rupiah terpantau lebih tangguh bila dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya. Sejumlah mata uang seperti lira Turki, peso Meksiko, dan rupee India terpantau mengalami depresiasi yang lebih signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Lira Turki, misalnya, tercatat melemah hampir 6% terhadap dolar AS dalam satu bulan terakhir. Sementara itu, peso Meksiko dan rupee India juga mencatatkan pelemahan yang cukup besar dibandingkan dengan rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan eksternal, rupiah tetap dapat menunjukkan ketahanan yang lebih baik di tengah krisis global yang melanda ekonomi negara-negara berkembang.

Kondisi ini tidak terlepas dari kebijakan domestik yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. BI, misalnya, secara aktif melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, sekaligus menjaga inflasi dan cadangan devisa yang cukup kuat.

3. Dukungan Kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah

Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Salah satunya adalah kebijakan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan dan memperkuat cadangan devisa dengan meningkatkan arus investasi asing dan mendorong ekspor produk Indonesia.

Bank Indonesia juga berfokus pada pengelolaan suku bunga acuan yang tetap dipertahankan pada level yang cukup tinggi untuk mengimbangi inflasi domestik dan menjaga daya tarik rupiah bagi para investor asing. Dalam beberapa bulan terakhir, BI juga melakukan operasi pasar untuk memastikan likuiditas tetap terjaga dan nilai tukar rupiah tidak mengalami tekanan lebih lanjut.

Selain itu, sektor pariwisata dan ekspor non-migas juga menjadi tumpuan Indonesia untuk mengimbangi penguatan dolar AS. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, terutama setelah pembukaan kembali pariwisata pasca-pandemi, hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas ekonomi nasional dan nilai tukar rupiah.