MATAUANGSLOT - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan sedang menulis ulang sejarah Republik Indonesia (RI) yang bakal dipublikasikan, pada Minggu (17/8/2025). Penulisan ulang sejarah Indonesia yang akan menghasilkan narasi versi baru ini melibatkan sejarawan yang dihimpun dari seluruh Indonesia. Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebutkan, sejarah periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta Joko Widodo (Jokowi) akan dimasukkan ke versi terbaru nanti. "Ya, semua yang perlu di-update, kita update. Misalnya, periode terakhir itu periode sebelum Pak SBY kalau enggak salah. Nanti tentu ditambahkan," ujar Fadli Zon, di Istana, Jakarta, Senin (5/5/2025).
Berkaitan dengan penulisan ulang sejarah, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Lalu Hadrian Irfani menyoroti agar proses penulisan ulang sejarah dilakukan secara transparan, melibatkan para ahli, dan bersifat objektif.
"Penyusunan sejarah harus dilakukan secara transparan, melibatkan para ahli yang kredibel, serta mempertimbangkan berbagai perspektif agar hasilnya objektif dan mencerminkan kebenaran sejarah secara utuh," kata Lalu, saat dikonfirmasi, Jumat (9/5/2025).
Diklaim dibuat dengan jujur Sejarawan yang dilibatkan dalam penulisan ulang sejarah RI mengungkapkan bahwa pengalaman jatuh bangun bangsa, termasuk masa penjajahan, juga akan dimuat dalam buku sejarah versi terbaru.
Hal ini diisyaratkan Ketua Tim Penulisan Sejarah RI, Susanto Zuhdi, saat ditanya apakah soal pelanggaran HAM berat juga akan dimuat dalam penulisan ulang sejarah RI. Menurut dia, penulisan ulang sejarah RI harus bersifat jujur. Apapun pengalaman bangsa harus dimuat dalam penulisan meski tak selalu bagus. "Ya, kan pengalaman bangsa ini kan jatuh bangun, ya kan, enggak ada yang bagus, yang buruk, ya sejarah itu kan cermin sebetulnya gitu. Ya kita harus jujur dengan sejarah kita kalau kita mau maju," kata Susanto saat dihubungi
"Kita mau maju harus mempelajari sejarah, kan, apa pun sejarah yang pernah kita miliki gitu ya. Ini kan bangsa yang cerdas, bangsa yang pandai mengambil pelajaran dari sejarah, bukan begitu," tambah dia. Meski begitu, Susanto tetap meminta publik menunggu hasil kerja penulisan ulang sejarah yang masih berproses. "Ya nanti tunggu saja apa yang enggak akan kita tulis gitu," ungkap Guru Besar dari Universitas Indonesia (UI) itu.