BACA BERITA

Setahun Bersama Wuling Air EV: Hemat Biaya, Maksimal Manfaat

Author: matauang Category: Otomotif
Matauang.com - Sejak diperkenalkan di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada Agustus 2022, Wuling Air EV langsung menarik perhatian publik dan menjadi salah satu mobil listrik paling populer di Indonesia. Dengan desain mungil dan harga yang kompetitif, mobil ini berhasil mendominasi pasar kendaraan listrik Tanah Air, terutama bagi mereka yang mencari kendaraan kedua untuk mobilitas harian.

Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada dua bulan pertama setelah peluncuran (Agustus–September 2022), Wuling Air EV berhasil mencatatkan penjualan wholesales sebanyak 2.708 unit. Jumlah ini menempatkannya sebagai mobil listrik terlaris di Indonesia saat itu, mengungguli Hyundai Ioniq 5 yang hanya terjual 947 unit dalam periode yang sama.

Namun, sepanjang tahun 2023, Wuling Air EV harus puas berada di posisi kedua dengan total penjualan sebesar 5.575 unit. Meski demikian, angka tersebut tetap menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap mobil listrik mungil ini.

Pengalaman Pemilik: Super Irit, Cocok untuk Harian

Chairis Sahar, salah satu pemilik Wuling Air EV yang membelinya pada tahun 2024, membagikan pengalamannya setelah hampir satu tahun menggunakan kendaraan ini. Ia menyatakan sangat puas, terutama dari segi efisiensi biaya operasional. “Super irit dibandingkan mobil konvensional. Pulang ngecas, besok tinggal pakai, nggak perlu ke SPBU antre. Aman juga dari ganjil-genap,” ujar Chairis.

Ia membeli Air EV sebagai kendaraan untuk sang istri belajar mengemudi. Dengan dimensi yang ringkas dan pengoperasian yang mudah, Air EV dinilai sangat fungsional. Biaya konsumsi listrik untuk jarak 1.500–2.000 km disebut hanya sekitar Rp 200 ribu, angka yang jauh lebih hemat dibanding kendaraan berbahan bakar minyak (BBM).

Kekurangan: Kabin Sempit dan Posisi Mengemudi Kurang Nyaman

Meskipun efisien, Air EV tidak luput dari kekurangan, terutama dalam hal kenyamanan. Chairis menyebutkan bahwa kabin terasa sempit dan kurang cocok untuk empat orang dewasa. Ia juga mengeluhkan posisi kemudi dan desain jok yang tidak ergonomis bagi pengendara dengan postur tinggi.

“Posisi setir kurang ergonomis, jok bawaannya juga tidak terlalu nyaman. Saya dengan tinggi 180 cm merasa paha kurang ditopang secara penuh,” jelasnya.

Pengisian Daya: Tidak Mendukung Fast Charging

Salah satu kelemahan utama Wuling Air EV adalah tidak mendukung pengisian daya cepat (fast charging). Chairis lebih memilih mengisi daya di rumah, karena menggunakan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) tipe fast charging justru tidak efisien.

“Kalau fast charging, 1 jam bisa bayar Rp 50.000. Tapi mobil ini pengisiannya lambat, bisa 5 jam hanya untuk 50 persen. Jadi kalau dihitung bisa keluar Rp 250 ribu untuk sekali isi. Mahal banget,” katanya. Hal ini membuat Air EV lebih cocok digunakan untuk aktivitas harian di dalam kota, dan tidak ideal untuk perjalanan jauh karena keterbatasan daya dan waktu pengisian.

Di sisi purna jual, Wuling menawarkan biaya servis yang sangat terjangkau. Chairis menyebut bahwa untuk servis pertama pada 5.000 km, ia hanya membayar sekitar Rp 215.000 untuk penggantian oli gardan. Sebagai perbandingan, mobil konvensional umumnya memerlukan biaya hingga Rp 1,5 juta pada servis awal. Jadwal servis berikutnya dilakukan pada 10.000 km dan selanjutnya di 20.000 km.

Secara keseluruhan, Wuling Air EV menjadi pilihan menarik bagi konsumen urban yang mengutamakan efisiensi, kemudahan perawatan, dan mobilitas jarak pendek. Meskipun memiliki kekurangan pada aspek kenyamanan kabin dan tidak mendukung fast charging, keunggulannya dalam hal irit biaya operasional dan fungsionalitas harian membuatnya tetap relevan di tengah meningkatnya tren kendaraan listrik di Indonesia. Bagi mereka yang mencari mobil listrik ringkas dan hemat, Air EV masih menjadi salah satu opsi terbaik yang tersedia saat ini.